Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - FedEx melaporkan laba dan pendapatan kuartalan yang melampaui perkiraan Wall Street, didorong strategi efisiensi biaya dan pertumbuhan pengiriman domestik yang mampu menutup penurunan volume internasional setelah Amerika Serikat mencabut pengecualian tarif untuk kiriman bernilai rendah.
Saham FedEx yang berbasis di Memphis melonjak 5,5% dalam perdagangan setelah jam bursa pada Kamis (18/9/2025), usai kinerja perusahaan mengejutkan pasar.
Sebelumnya, analis memperkirakan laba per saham turun karena berakhirnya skema “de minimis exemption” yang memungkinkan paket dengan nilai di bawah US$800 masuk ke AS bebas bea.
Baca Juga: FedEx Perkuat Dukungan UMKM Indonesia Menembus Pasar Global
Kinerja Operasional
Total volume ekspor internasional harian rata-rata turun 3% pada kuartal pertama tahun fiskal 2026 yang berakhir 31 Agustus.
Namun, volume pengiriman domestik melonjak 5% sehingga secara keseluruhan volume paket naik 4%. Selain itu, pendapatan per paket meningkat 2%.
Langkah efisiensi yang agresif, termasuk memangkas armada pesawat, menutup fasilitas, dan menggabungkan unit bisnis, ikut menopang profitabilitas.
FedEx menargetkan penghematan biaya hingga US$1 miliar pada tahun fiskal yang berakhir Mei 2026.
Margin operasional meningkat menjadi 6% dari sebelumnya 5,2%.
Lonjakan volume pengiriman domestik dipicu ketahanan belanja konsumen AS meskipun inflasi dan kenaikan pengangguran masih menghantui.
Baca Juga: Saham FedEx Anjlok 5% Setelah Proyeksi Laba Soroti Tantangan Tarif Impor
Laporan Keuangan
FedEx mencatat laba bersih disesuaikan sebesar US$912 juta atau US$3,83 per saham, naik dari US$892 juta atau US$3,60 per saham pada periode sama tahun lalu.
Angka tersebut melampaui perkiraan analis yang berada di US$3,59 per saham, berdasarkan data LSEG.
Pendapatan kuartalan tercatat US$22,24 miliar, lebih tinggi dibanding estimasi analis sebesar US$21,66 miliar.
Namun, kebijakan tarif global, khususnya penghapusan de minimis exemption dari China dan Hong Kong, mengurangi pendapatan kuartal pertama sebesar US$150 juta.
Dampak serupa diperkirakan akan berulang setiap kuartal sepanjang tahun ini.
“Ini terutama berdampak pada penurunan pendapatan karena jalur pengiriman dari China ke AS sangat menguntungkan bagi kami,” jelas Chief Customer Officer FedEx, Brie Carere.
Secara total, kebijakan perdagangan menjadi hambatan senilai US$1 miliar bagi pendapatan tahun ini.
Baca Juga: Ide Bisnis dari Siswa SMA Maju ke Ajang Global Bersama FedEx
Prospek ke Depan
Untuk tahun fiskal penuh, FedEx memproyeksikan laba disesuaikan di kisaran US$17,20 hingga US$19,00 per saham sedikit di bawah rata-rata perkiraan analis sebesar US$18,21 per saham di titik tengah.
Selain itu, FedEx menuntaskan pembelian kembali saham senilai US$500 juta pada kuartal pertama dan tetap berada di jalur untuk memisahkan unit angkutan darat (freight segment) paling lambat Juni 2026.