kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Laba Industri Maskapai Global Diprediksi Mencapai Rp 494 Triliun Tahun 2024


Jumat, 07 Juni 2024 / 23:47 WIB
Laba Industri Maskapai Global Diprediksi Mencapai Rp 494 Triliun Tahun 2024
ILUSTRASI. Singapore Airlines (SIA) planes sit on the tarmac in Singapore's Changi Airport March 3, 2016. REUTERS/Edgar Su


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri penerbangan global akan semakin tumbuh pesat tahun ini, meski masih ada tantangan yang dihadapi. Keuntungan maskapai global diprediksi akan meningkat di tengah peningkatan permintaan perjalanan. 

Asosiasi maskapai global, International Air Transport Association (IATA), memprediksi laba industri penerbangan global tahun 2024 mencapai US$ 30,5 miliar, setara Rp 494 triliun. Proyeksi tersebut meningkat 11,3% dari realisasi laba di 2023, yang sebesar US$ 27,4 miliar. 

IATA saat ini lebih optimistis melihat perkembangan industri maskapai. Akhir tahun lalu, IATA hanya memproyeksi laba tahun ini sebesar US$ 25,7 miliar. 

Artinya, industri maskapai mengalami pemulihan sangat cepat dari penurunan dalam saat pandemi Covid-19. Pada 2020, industri ini tercatat menanggung kerugian hingga US$ 140 miliar.

Baca Juga: Indonesia AirAsia Tambah Rute Penerbangan Internasional Kedua pada Tahun 2024

Sementara, pendapatan industri tahun ini, diprediksi bisa mencapai US$ 1 triliun, seiring dengan rekor jumlah pelancong yang naik pesawat tahun ini. 

Direktur Jenderal IATA Willie Walsh mengatakan, kondisi lingkungan industri penerbangan hingga saat ini tampil lebih baik dari prediksi asosiasi yang ditetapkan pada akhir 2023. 

Namun, ia memperingatkan, tantangan industri masih besar. Ada kemungkinan, maskapai masih akan kesulitan melayani lonjakan permintaan perjalanan. Penyebabnya, maskapai sempat menghadapi gangguan terhadap rantai pasokan global. 

Gangguan tersebut antara lain menyebabkan keterlambatan pengiriman armada pesawat yang sudah dipesan sebelumnya ke pabrikan pesawat. Industri penerbangan juga masih menghadapi kondisi biaya tinggi dan hambatan berupa aturan negara.

Kombinasi dari tantangan tersebut akan membuat margin keuntungan maskapai per penumpang tidak terlalu besar. "Penghasilan hanya US$ 6,14 per penumpang, ini merupakan indikasi betapa kecilnya keuntungan yang kami peroleh, Margin masih sangat tipis, kami perkirakan hanya sekitar 3%," kata Walsh, seperti dilansir Reuters, Jumat (7/6).

Baca Juga: AirAsia Indonesia Catatkan Peningkatan Pendapatan 75,24% pada Tahun 2023

Di Asia, IATA menaikkan proyeksi laba maskapai lebih dari tiga kali lipat tahun ini menjadi US$ 2,2 miliar. Ini meski pemulihan perjalanan internasional di China masih lambat.
Sementara laba maskapai di Amerika Utara diproyeksi akan mencapai US$ 14,9 miliar. Wilayah ini diuntungkan dengan belanja konsumennya yang masih kuat. 

Singapore Airlines, salah satu maskapai yang terus menunjukkan performa apik. Untuk tahun fiskal 2023-2024 yang berakhir pada Maret 2024, perusahaan ini mencetak laba US$ 2,67 miliar, tumbuh 24% secara tahunan. 

Singapore Airlines baru-baru ini memutuskan membagi bonus ke karyawan yang besarnya setara dengan delapan bulan gaji.           




TERBARU

[X]
×