Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Inggris, bersama dengan Rumania dan Liberia mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa sangat besar kemungkinan ada Iran di balik penyerangan kapal tanker yang dikelola Israel di lepas pantai Oman pekan lalu.
Dalam laporannya hari Selasa (4/8), Inggris dan mitranya menegaskan bahwa serangan tersebut sangat mengganggu dan menimbulkan risiko bagi keselamatan dan keamanan pelayaran internasional dan jelas merupakan pelanggaran hukum internasional.
"Tindakan ini harus dikutuk oleh masyarakat internasional," bunyi surat yang dikirim ke Dewan Keamanan PBB, seperti dikutip Reuters.
Iran telah membantah terlibat dalam serangan di kapal Mercer Street hari Kamis (29/7), sebuah kapal tanker produk minyak milik Jepang berbendera Liberia yang dikelola oleh Zodiac Maritime milik Israel.
Dua awak kapal, masing-masing berasal dari Inggris dan Rumania, tewas dalam serangan tersebut. Sebuah drone bunuh diri dikirim ke atas kapal.
"Inggris dan Rumania, bersama dengan mitra regional dan internasional, sedang melakukan penyelidikan menyeluruh atas serangan ini. Kami akan memberi kabar kepada dewan pada waktunya," tulis Inggris, Rumania, dan Liberia dalam suratnya.
Baca Juga: Israel dan Palestina terindikasi melakukan kejahatan perang selama perang Gaza
Dalam surat terpisah kepada Dewan Keamanan PBB, Israel bersumpah untuk terus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi warganya, meski tidak menyebutkan secara detail langkah-langkahnya.
"Kegiatan permusuhan Iran yang tak henti-hentinya membahayakan kawasan kami dan sekitarnya, dan kami berharap Dewan Keamanan mengambil tindakan nyata dan tegas untuk mengekang ancaman yang berkembang ini," tulis Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat dan PBB Gilad Erdan.
Setelah ini Inggris diperkirakan akan mengangkat masalah itu dalam pertemuan tertutup Dewan Keamanan dalam beberapa hari mendatang.
Pada hari Senin (8/8), Dewan Keamanan juga akan mengadakan pertemuan publik yang akan membahas keamanan maritim. Perdana Menteri India Narendra Modi akan menjadi pemimpin pertemuan karena India adalah presiden dewan untuk bulan Agustus.