Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Dengan hampir 80% fasilitas pendidikan dihancurkan oleh Israel, hingga saat ini lebih dari 630.000 anak-anak di Gaza gagal mendapatkan pendidikan yang layak.
Pekan ini seharusnya menjadi permulaan musim ajaran baru di kawasan Timur Tengah. Sayangnya, ratusan ribu anak-anak di Gaza tidak bisa merasakan semaraknya pendidikan di sekolah.
Mengutip Al Jazeera, hampir 80% sekolah di Gaza telah rusak atau hancur. Universitas terakhir yang tersisa di Jalur Gaza dihancurkan oleh militer Israel pada bulan Januari 2024.
Baca Juga: Pesepak Bola El Ghazi Sumbangkan Rp 8,6 Miliar Gajinya di Mainz untuk Anak-Anak Gaza
Kementerian Pendidikan Palestina mengatakan, lebih dari 630.000 siswa tidak mendapatkan haknya untuk pendidikan di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Serangan Israel telah membuat 39.000 siswa tidak dapat mengikuti ujian sekolah menengah dan lebih dari 25.000 anak-anak tewas atau terluka.
Selama satu tahun terakhir, sekitar 90% dari 307 gedung sekolah negeri telah hancur.
"58.000 siswa seharusnya bergabung di kelas satu dan mulai bersekolah hari ini," kata Kementerian Pendidikan Palestina pada hari Senin (9/9).
Kementerian mengatakan pihaknya sedang mencoba meluncurkan peluang e-learning dan menyediakan kelas di tenda-tenda ketika siswa di Gaza memasuki tahun kedua tanpa sekolah.
Baca Juga: PBB: Gaza Butuh Minimal 12 Tahun untuk Pulih
Militer Israel telah secara brutal menyerang gedung-gedung sekolah serta fasilitas sipil lainnya. Mereka meyakini bahwa militan Hamas telah menggunakan bangunan sipil untuk bersembunyi tanpa memberikan bukti.
Hingga 8 September 2024, otoritas kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 40.972 penduduk telah kehilangan nyawa di daerah itu sejak Oktober 2023. Di dalamnya termasuk sekitar 16.500 anak-anak dan 10.000 orang lain yang masih dinyatakan hilang.
Tidak hanya di Gaza, korban tewas akibat kekerasan aparat keamanan Israel di Tepi Barat juga sudah menyentuh angka 692, dengan 159 di antaranya adalah anak-anak.