Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - DW. Di London, taksi hitam yang juga dikenal sebagai "black cabs" adalah ikon kota metropolitan ini sejak lebih dari 20 tahun.
Namun, untuk melawan polusi udara, London secara bertahap mengurangi taksi bermesin diesel. Tahun 2018 hanya satu taksi elektrik yang diberi lisensi operasi baru.
Taksi hitam di London punya status cult. Tapi mobil ini juga sumber polusi utama. Berbeda dengan taksi elektrik. Mobil ini tidak bising dan lebih bersih dibanding mobil bermesin diesel.
"Pintu membuka ke arah yang berlawanan. Penumpang bisa masuk dengan mudah saat lalulintas padat. Di sini ada USB port juga Wifi. Semua terkoneksi, dan dikendalikan oleh sopir", demikian penjelasan Paul Chrisostomou, salah seorang sopir e-Cab.
Taksi diesel lawas tidak bisa bersaing melawan semua fitur modern itu. Sulit bagi para pemilik taksi hitam. Apalagi harga taksi elektrik 25 persen lebih mahal ketimbang taksi diesel.
Steve Kenton, sopir taksi hitam bercerita: "Harganya 62.000 Pound. Untuk satu taksi baru. Sebagai gambaran: harganya ada pada kisaran yang sama dengan sebuah Maserati atau Porsche kelas menengah."
Harga yang mahal. Tapi London punya target ambisius menjadi kota dengan emisi nol pada tahun 2050. Pemerintah memberikan subsidi sebesar 8.500 Euro untuk pembelian taksi elektrik baru.
Jemima Hartshorn ingin taksi diesel pencemar udara lenyap dari jalanan London jauh lebih cepat lagi. Ia peduli terhadap kesehatan anak-anak di ibukota Inggris itu.
Itu sebabnya ia mendirikan yayasan "Mums for Lungs": "Terutama di pusat kota London, taksi hitam ini kontributor terbesar nitrogen oksida dan partikel halus. Bagus sekarang perlahan ditarik dari jalanan."