Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tri Adi
Ia membuka bisnis pencucian baju yang berkonsep self service atau biasa disebut laundromat. Tull membuka bisnis laundry di kota asalnya, New York
Menjalankan usaha sampingan membuat insting bisnis Tull makin terasah. Saat mengelola bisnis sendiri, ia belajar memahami ritme dalam berbisnis. Ia juga mulai paham pentingnya menguasai manajemen keuangan.
Tull pun semakin larut menggeluti dunia bisnis. Bahkan, dia sampai mendirikan private equity. Perusahaan yang bergerak di bidang investasi inilah yang mengantarkan Tull masuk ke bidang usaha yang terkait dengan dunia hiburan.
Kebetulan ia termasuk penggemar film dan tentu saja komik. Tapi, Tull tidak terpikir jika bisnis hiburan terutama film sangat menguntungkan. Wawasannya mulai terbuka saat ia berdiskusi dengan seorang bos perusahaan film ternama.
Hasil pembicaraan tersebut membuat Tull mencoba peruntungan baru dalam bisnis film di AS. Ia kemudian memilih fokus pada bisnis perfilman.
Proses Tull masuk bisnis perfilman tidaklah mudah. Dirinya harus bekerja keras meraih pendanaan dari para investor. Untungnya, kerja keras Tull berbuah manis. Ia berhasil meyakinkan investor sehingga bisa mengumpulkan dana hingga mencapai US$ 600 juta.
Dari dana itu, Tull menandatangani kontrak untuk memproduksi film Batman and Superman. Kolaborasi Tull bersama dengan perusahaan film raksasa Warner Brothers membuat film produksinya sukses ditonton banyak orang. Perusahaan Tull disebut-sebut mendapatkan keuntungan lebih dari US$ 1,5 miliar.
Kesuksesan Tull di dunia film datang bertubi. Beberapa film hits hasil garapan Legendary Entertainment di antaranya Dark Knight Trilogy (Batman), Man of Steel (Superman), The Hangover series, Interstellar dan Godzilla. Hingga kini, perusahaan ini masih menggarap beberapa film yang makin sukses mempertebal harta kekayaan Tull.
(Bersambung)