Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Test Test
Lahir dalam keluarga kerajaan di Abu Dhabi, Mansour bin Zayed Al Nahyan muda kemudian menimba ilmu di Jurusan Ilmu Politik di Amerika Serikat. Dengan ilmunya, dia menjelma menjadi seorang politikus elegan yang andal melakukan lobi dengan cara halus. Berbagai jabatan penting pernah disandang oleh lelaki yang saat ini berusia 40 tahun ini. Tak hanya di pemerintahan, Mansour juga banyak menjabat sebagai ketua berbagai yayasan sosial dan riset.
Mansour bin Zayed Al Nahyan adalah keluarga kerajaan Uni Emirat Arab (UEA). Ia yang saat ini berumur 40 tahun lahir di Abu Dhabi dan merupakan anak kelima dari Amir atau pemimpin Abu Dhabi. Ia memiliki ayah Zayed II dari hasil pernikahan dengan Fatima.
Lahir di keluarga kerajaan, Mansour menghabiskan masa kecil dan remajanya di lingkungan kerajaan dengan banyak aturan ketat. Ia bahkan hanya bisa bergaul secara terbatas dengan lingkungan sekitarnya.
Mansour mengatakan, salah satu kenangan indah yang pernah dilakukannya adalah saat usia 10 tahun. Saat itu dia berhasil melarikan diri dari kawalan penjaga kerajaan hanya untuk bermain sepak bola dengan anak-anak lain di luar lingkungan kerajaan. "Kecintaan saya pada sepakbola memberanikan saya untuk melarikan diri," ujarnya.
Pada tahun 1980-an, Uni Emirat Arab memang lagi gandrung dengan sepakbola. Demam sepakbola tak hanya terjadi di kalangan rakyat biasa namun juga di lingkungan istana. Walaupun begitu, aturan yang ketat membuat keluarga kerajaan tidak mau bermain sepakbola di luar lingkungan istana.
Menginjak dewasa, Mansour mengambil kuliah di jurusan ilmu politik salah satu universitas ternama di Amerika Serikat. Masuk pada tahun 1988, ia menyelesaikan gelar Sarjana Ilmu Politik pada tahun 1993. Ilmu politik menurutnya sangat diperlukan oleh keluarga kerajaan untuk mengatur negara. "Politik merupakan seni untuk mengatur negara," tegasnya.
Ilmu ini sangat penting, apalagi Uni Emirat Arab merupakan negara persatuan dari tujuh kerajaan yang kaya akan minyak bumi. Tujuh negara tersebut adalah Abu Dhabi, Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah dan Umm al-Qaiwain.
Dengan kemampuannya di bidang politik, Mansour pada tahun 1997 diangkat menjadi Ketua Pelaksana Harian Kantor Kepresidenan menggantikan ayahnya, Zayed II. Masyarakat Arab mengenal Mansour sebagai politikus yang elegan. Ia ahli dalam melakukan lobi dengan pendekatan halus.
Tahun 2004, ia diminta Presiden UEA Khalifa bin Zayed Al Nahyan untuk duduki di posisi Menteri Urusan Hubungan UEA. Kementerian ini merupakan penggabungan antara Kantor Kepresidenan dan Istana Kepresidenan.
Tak hanya aktif di politik, Mansour juga gemar berpartisipasi dalam kegiatan riset. Mulai tahun 2000, ia menjadi Ketua National Centre for Documentation and Research. Lembaga ini fokus pada pengumpulan dan analisis data ekonomi dan politik.
Mansour juga menjabat Wakil Ketua Abu Dhabi Education Council (ADEC), Ketua Emirates Foundation, Ketua Abu Dhabi Food Control Authority dan Abu Dhabi Fund for Development. Pada tahun 2007, ia juga diangkat sebagai Ketua Khalifa bin Zayed Charity Foundation. Ini adalah sebuah LSM milik Presiden UEA yang masih saudaranya sendiri.
Selama aktif di lembaga-lembaga tersebut, Mansour telah menghabiskan hampir £ 2 miliar. Dana itu dipakai selain untuk operasional lembaga juga untuk memberi beasiswa kepada pemuda UEA untuk sekolah ke luar negeri.
Mansour menikah untuk kedua kalinya dengan Sheikha Manal bin Mohammed bin Rashid al-Maktoum. Isrinya adalah putri penguasa Dubai, Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum. Dari pernikahan ini, ia dikaruniai dua orang anak, Sheikha Fatima dan Sheikh Mohammed.
Sedangkan pada pernikahan pertama dengan Sheikha Alia binti Mohammed bin Butti Al Hamed pada awal 1990, ia memiliki seorang putra, Sheikh Zayed bin Mansour bin Zayed Al Nahyan.
(Bersambung)