Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING/WASHINGTON. Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin bahwa ia menentang negosiasi ulang kesepakatan perdagangan "Fase 1" AS-China. Hal tersebut ia ungkapkan setelah surat kabar yang dikelola pemerintah China melaporkan sejumlah penasihat pemerintah di Beijing mendesak pembicaraan baru dan mungkin membatalkan perjanjian.
Trump mengatakan saat konferensi pers Gedung Putih bahwa ia ingin melihat apakah Beijing memenuhi kesepakatan untuk meningkatkan pembelian barang-barang AS secara masif.
"Tidak, tidak sama sekali. Bahkan sedikitpun tidak terpikikan," kata Trump ketika ditanya apakah dia akan mempertimbangkan gagasan negosiasi ulang Fase 1. "Saya tidak tertarik. Kami menandatangani kesepakatan. Saya telah mendengar itu juga, mereka ingin membuka kembali pembicaraan perdagangan, untuk membuatnya menjadi kesepakatan yang lebih baik bagi mereka."
Baca Juga: Dari nol, penasihat perdagangan China desak pembicaraan perjanjian baru dengan AS
Tabloid Global Times melaporkan pada hari Senin bahwa para penasihat tak dikenal yang dekat dengan perundingan telah menyarankan agar para pejabat China menghidupkan kembali kemungkinan membatalkan pakta perdagangan dan melakukan negosiasi yang baru agar lebih menguntungkan ke sisi Cina.
The Global Times diterbitkan oleh People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa. Meskipun bukan juru bicara partai resmi, pandangan Global Times diyakini terkadang mencerminkan pandangan para pemimpinnya.
Pembelian kedelai
Beberapa jam setelah laporan itu diterbitkan, importir Tiongkok pada hari Senin membeli setidaknya empat kargo, atau sekitar 240.000 ton, kedelai AS pada hari Senin untuk pengiriman yang dimulai pada bulan Juli.
Baca Juga: Investasi China di AS merosot ke level terendah sejak 2009
Pembelian tersebut merupakan yang terbaru dalam rangkaian pembelian baru-baru ini oleh China, yang menurut para pejabat AS juga telah mulai menerapkan bagian lain dari kesepakatan perdagangan mengenai perlindungan kekayaan intelektual.
Kantor Perwakilan Dagang AS tidak menanggapi pertanyaan terkait artikel Global Times.
Di bawah kesepakatan Fase 1 yang ditandatangani pada Januari, Beijing berjanji untuk membeli barang dan jasa AS senilai US$ 200 miliar selama dua tahun. Sementara, Washington setuju untuk menurunkan tarif secara bertahap atas barang-barang Tiongkok.
Trump, yang menyalahkan penanganan awal China atas wabah virus corona baru terkait ribuan kematian di AS dan hilangnya jutaan lapangan pekerjaan, mengatakan pekan lalu ia "sangat terpecah" tentang apakah akan mengakhiri kesepakatan perdagangan Fase 1 atau tidak. Komentar itu datang hanya beberapa jam setelah pejabat perdagangan utama dari kedua negara berjanji untuk terus maju dengan mengimplementasikan perjanjian tersebut.
Baca Juga: Tensi tinggi, China disebut bakal menambah hulu ledak nuklir hingga seribu buah
Tsunami kemarahan
Ketegangan AS dan China yang meningkat atas wabah virus corona telah membuat outlook kesepakatan perdagangan Fase 2 diragukan akan terjadi.
Pemerintahan Trump menegaskan ada bukti bahwa virus corona baru datang dari laboratorium Wuhan. China menolak mentah-mentah hal tersebut.
Pada hari Senin, ada sumber ketegangan baru yang muncul. Yakni dengan adanya laporan bahwa pemerintah AS berencana untuk mengeluarkan peringatan bahwa peretas komputer yang terikat dengan pemerintah China berusaha mencuri informasi dari para peneliti AS.
Baca Juga: IMF isyaratkan peluang revisi proyeksi ekonomi global, ingatkan bahaya proteksionisme
The Global Times mengatakan serangan jahat oleh Amerika Serikat telah memicu "tsunami kemarahan" di China setelah Tiongkok melakukan kompromi dalam pakta Tahap 1.
"Sebenarnya, mengakhiri kesepakatan dagang fase 1 adalah demi kepentingan China," demikian kata seorang penasihat perdagangan untuk pemerintah China kepada Global Times.
Dia mengutip melemahnya ekonomi AS dan pemilihan presiden AS mendatang. "AS sekarang tidak mampu memulai kembali perang dagang dengan China jika semuanya kembali ke titik awal."
Baca Juga: Laporan intelijen: Sentimen global anti-Tiongkok di titik tertinggi sejak Tiananmen
Clete Willems, mantan penasihat perdagangan Gedung Putih yang mengambil peran aktif dalam negosiasi AS-China, mengatakan China telah menindaklanjuti sebagian besar ketentuan struktural dalam kesepakatan Fase 1, termasuk aturan baru untuk melindungi kekayaan intelektual.
"Saya tidak berpikir kita pada titik di mana kita harus menyerah pada kesepakatan. Sejauh ini, hasilnya positif," kata Willems, yang sekarang bekerja di firma hukum Akin Gump di Washington kepada Reuters.