Reporter: Dyah Megasari, Die Zeit, The Wall Street Journal, The Telegraph |
FRANKFURT. European Central Bank (ECB) memiliki Presiden baru. Mario Draghi, terhitung mulai 1 November 2011 resmi menduduki puncak tertinggi otoritas moneter Eropa menggantikan seniornya yaitu Jean-Claude Trichet. Pria berkebangsaan Italia ini lahir di Roma pada 3 September 1947.
Draghi, langsung membuat keputusan ekstrem saat baru tiga hari melangkah di ECB. Bunga acuan Eropa yang bertahun-tahun ditahan pada level 1,5%, hari ini langsung digunting 25 basis poin (bps) menjadi 1,25%.
Wajar jika ia memiliki keberanian yang besar. Draghi sudah malang melintang di dunia perbankan. Jabatan terakhir sebelum menjadi Presiden ECB adalah Bubernur bank Sentral Italia dari 2006 hingga akhir Oktober 2011.
Mari bernostalgia pada perjalanan Draghi. Ia merupakan lulusan dari La Sapienza University of Rome yang kemudian mendapat gelar PhD di bidang ekonomi dari Massachusetts Institute of Technology pada 1976.
Sejak 1984 hingga 1900 ia merupakan Direktur Eksekutif World Bank. Kemudian pada 1991 hingga 2001 ia menjadi Direktur di Kementerian Keuangan Italia.
Kariernya terus bersinar di bidang ekonomi. Lepas dari kementerian, ia langsung menjabat sebagai wakil ketua sekaligus Direktur Pengelola di Goldman Sach International dari 2002-2005. Saat bekerja di Goldman, ia menghadapi tudingan telah menutup-nutupi perekonomian Yunani yang sebenarnya. Namun, ia baru membantah tudingan itu pada sidang parlemen Eropa 2011.
Sejak awal 2011, Draghi disebut-sebut menjadi pengganti potensial Trichet. Jerman dan Prancis memberikan dukungan penuh padanya. Terlebih ketika kandidat pesaingnya yaitu Axel Weber dari Jerman tak lagi mengincar posisi Trichet.
Pada 17 Mei 2011 Dewan Uni Eropa menyetujui pencalonan Draghi. Kemudian pada 24 Juni secara resmi ia didapuk menjadi Presiden ECB setelah masa jabatan Trichet berakhir. Masa efektif jabatannya adalah 1 November 2011 hingga 31 Oktober 2019.