Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Bank sentral Singapura resmi melonggarkan kebijakan moneternya untuk kedua kalinya tahun ini, seiring dengan prospek pertumbuhan dan perdagangan global yang semakin suram.
Monetary Authority of Singapore (MAS) mengumumkan pada Senin (14/4), bahwa pihaknya akan sedikit mengurangi laju apresiasi kebijakan berbasis nilai tukar—yang dikenal sebagai Nominal Effective Exchange Rate (S$NEER).
Baca Juga: Pemerintah Sesuaikan Ekspor Gas ke Singapura untuk Penuhi Kebutuhan Domestik
Namun, lebar dan titik tengah dari koridor nilai tukar tersebut tetap tidak berubah.
Kebijakan ini sejalan dengan ekspektasi pasar. Dalam jajak pendapat Reuters sebelumnya, mayoritas analis memperkirakan MAS akan melonggarkan kebijakan dengan mengurangi kemiringan (slope) jalur pergerakan S$NEER, sebagai respons atas perlambatan global.
“Dengan ketergantungan tinggi terhadap perdagangan dan keterhubungan erat dalam rantai pasok global, perlambatan perdagangan internasional dan regional serta ketidakpastian kebijakan global akan membebani sektor-sektor berorientasi ekspor. Dampaknya bisa menjalar ke sektor domestik,” kata MAS dalam pernyataannya.
Baca Juga: Dolar Singapura Mampu Bertahan Di Tengah Tekanan Mata Uang Asia
Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Proyeksi Diturunkan
Bersamaan dengan itu, Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura merilis data pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I-2025 hanya tumbuh 3,8% (YoY).
Angka ini melambat dibandingkan pertumbuhan 5,0% pada kuartal IV-2024.
Sebagai respons atas kondisi global yang melemah, MTI juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura untuk tahun 2025 menjadi 0% hingga 2%, dari kisaran sebelumnya sebesar 1% hingga 3%.
Baca Juga: Pengangguran di Singapura Bakal Dapat Tunjangan Rp 74 Juta per Bulan
Ekonom Maybank Chua Hak Bin mengatakan pelonggaran lanjutan menuju bias netral masih mungkin dilakukan jika Singapura jatuh ke dalam resesi teknikal. Namun, sejauh ini pihaknya masih memperkirakan perlambatan ekonomi, bukan resesi.
"Kami mempertahankan proyeksi pertumbuhan PDB sebesar 2,1%, sedikit di atas kisaran baru dari MTI," ujarnya.
Sementara itu, MAS juga merevisi turun proyeksi inflasi untuk tahun 2025. Inflasi inti diperkirakan berada pada kisaran 0,5% hingga 1,5%, lebih rendah dari estimasi sebelumnya 1%-2%. Inflasi utama pun dipangkas menjadi 1,5%-2,5%.
Langkah MAS memperlonggar kebijakan menegaskan pendekatan yang lebih akomodatif untuk mendukung daya saing ekspor dan menjaga momentum ekonomi domestik di tengah tekanan eksternal.