Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Tri Adi
KONTAN.CO.ID - Tobias Lütke gencar berekspansi dengan mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang layanannya bisa mendorong pertumbuhan Shopify ke depannya. Bisnisnya yang kian besar membuat Shopify tidak luput dari kritikan. Lütke sempat mendapat sejumlah respons negatif dari analis. Namun kinerja bisnisnya yang positif bisa menahan sentimen negatif itu. Meski belum bisa mencetak untung lantaran banyak biaya untuk riset, Lütke optimistis ke depan bisa mencatat rapor biru.
Perkembangan bisnis Shopify kian melaju dari tahun ke tahun. Kekayaan Tobias Lütke terus bertambah salah satunya lewat kenaikan nilai saham Shopify yang tercatat di bursa New York Exchange. Menurut majalah Forbes, harga saham Shopify sejak initial public offering (IPO) di tahun 2015 hingga kini setidaknya sudah menanjak 320%.
Sebelum IPO, Lütke telah mendapat sejumlah suntikan modal dari modal ventura. Ketika IPO, Shopify mendapatkan dana segar lebih dari US$ 131 juta. Ditambah pendanaan ketika IPO, Shopify tercatat telah mengumpulkan dana sebesar US$ 253,3 juta.
Dengan modal besar ini Lütke makin gencar melakukan sejumlah akuisisi. Yang terbaru adalah akuisisi atas Oberlo senilai US$ 15 juta pada Mei 2017. Oberlo merupakan startup yang memudahan platform toko online untuk memasukkan produk dalam web dalam hitungan menit.
Selain itu sebelumnya di 2016, Lütke juga mengakuisisi tiga perusahaan yakni Tiny Hearts, Boltmade dan Kit. Tiny Hearts merupakan aplikasi studio untuk menciptakan produk mobile app dan permainan. Boltmade merupakan startup yang fokus ke pengembangan komputasi awan, riset pengalaman pengguna dan desain ponsel. Sedangkan Kit merupakan perangkat lunak kecerdasan buatan yang digunakan untuk memudahkan dalam pemasangan iklan dan pemasaran.
Meskipun mencatat beberapa rekor pencapaian setelah IPO, Shopify juga mendapatkan beberapa kritikan. Salah satunya adalah tuduhan bahwa perusahaan ini berusaha menumpuk kekayaan dalam waktu singkat. Analis dari lembaga riset Citron menuduh Shopify berusaha menarik merchant baru ke dalam platformnya dengan janji pendapatan jutaan dollar.
Lembaga riset Citron juga menuduh merchant Shopify tidak memenuhi standar yang ditetapkan U.S. Federal Trade Commission. Meski begitu Lütke menyebut tuduhan ini tidak masuk akal.
Dia mengatakan, tuduhan tersebut sama dengan menghina kerja keras para merchant yang berusaha untuk membangun bisnis. Tuduhan ini sempat membuat harga saham Shopify sedikit mengalami tekanan. Namun penjualan selama liburan di Kanada yang membuat penjualan para merchant meningkat drastis, menutup penurunan saham ini dengan hasil positif.
Berkantor pusat di Ottawa Kanada, platform online Shopify bisa dengan mudah melakukan ekspansi untuk mendapatkan semakin banyak merchant diseluruh dunia. Saat ini, Shopify bisa mempunyai merchant yang tersebar di seluruh dunia mulai dari Amerika, Eropa dan Asia.
Selain beberapa tantangan bisnis yang muncul seiring dengan ekspansi yang dilakukan, Lütke juga harus memikirkan bagaimana untuk mulai mencetak profit. Ini seiring dengan ekspansi bisnis yang membuat pengeluaran perusahaan ini juga meningkat.
Pada akhir 2017 lalu, Shopify mencatat kenaikan pendapatan sebesar 71% menjadi US 222,8 juta. Namun seiring dengan ekspansi dan biaya operasional yang membutuhkan biaya banyak, tercatat perusahaan ini masih mencatat rugi sebesar US$ 3 juta pada 2017. Namun kerugian ini sudah mengecil dibandingkan dengan 2016 lalu.
Lütke cukup yakin ke depan perusahaannya bisa lebih mencatat keuntungan. Hal ini karena bisnis toko online di beberapa negara dunia dalam jangka panjang diprediksi akan tumbuh hingga dua digit. Bahkan mengutip analis dari KeyBanc Capital Markets, diperkirakan pada 2021 pendapatan Shopify bisa menembus US$ 2 miliar. Pendapatan Shopify akan banyak disumbang layanan merchant dan biaya berlangganan.
(Selesai)
