kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mayoritas warga AS setuju pajak orang kaya dinaikkan


Minggu, 12 Januari 2020 / 09:00 WIB
Mayoritas warga AS setuju pajak orang kaya dinaikkan


Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Gagasan memberlakukan pajak kekayaan yang lebih tinggi pada orang kaya Amerika Serikat (AS) menimbulkan pandangan yang sangat berbeda di antara politisi.

Presiden AS Donald Trump mencap gagasan ini sebagai  sosialis.  Sementara calon presiden dari Partai Demokrat, Senator Elizabeth Warren dan Bernie Sanders mendukung gagasan tersbut.

Tetapi gagasan pajak tinggi bagi orang tajir AS itu mendapat dukungan luas publik. Menurut jajak pendapat terbaru Reuters / Ipsos, hampir dua pertiga responden setuju bahwa orang yang sangat kaya harus membayar lebih.

Baca Juga: Siapa mau? Taipan Jepang bagi-bagi duit ke pengikut Twitter-nya

Diantara 4.441 responden dalam jajak pendapat, 64% sangat atau agak setuju bahwa orang yang sangat kaya harus menyumbangkan bagian tambahan dari total kekayaan mereka setiap tahun untuk mendukung program publik.

Dukungan di kalangan Partai Demokrat lebih kuat yakni 77% setuju. Pun mayoritas konstituen Partai Republik yakni sebanyak 53% juga setuju dengan gagasan itu.

Pajak kekayaan dipungut atas kekayaan bersih individu, seperti saham, obligasi dan real estat, serta kepemilikan tunai, serupa dalam konsepnya dengan pajak properti. Ini terpisah dari pajak penghasilan, yang berlaku untuk upah, bunga, dan dividen.

Ditanya dalam jajak pendapat apakah "orang yang sangat kaya harus diizinkan menyimpan uang yang mereka miliki, bahkan jika itu berarti meningkatkan ketidaksetaraan," 54% responden tidak setuju.

"Orang kaya memiliki hak untuk meledakkan uang mereka pada Lamborghini dan kapal pesiar di seluruh dunia atau apa pun. Tapi uang itu bisa digunakan dengan cara lain yang membantu orang," kata Esin Zimmerman, 53 tahun, seorang Republikan dari Madison, Minnesota, yang menginginkan pajak yang lebih tinggi untuk orang kaya.

Baca Juga: 2019 disebut-sebut menjadi tahun terburuk Warren Buffett dalam satu dekade

Zimmerman mengatakan, dia akan secara khusus mendukung pajak kekayaan yang akan membantu membayar program pemerintah untuk veteran militer AS, atau membantu orang tua tunggal dengan anak kecil. "Itu bisa menaikkan tembok pembatas," katanya.

Menurut jajak pendapat oleh Gallup, kekhawatiran tentang orang kaya yang membayar pajak terlalu sedikit sebenarnya telah turun selama 1990-an dan awal 2000-an, periode booming bagi Amerika Serikat. Tetapi kekhawatiran telah meningkat sejak krisis tahun 2007 hingga 2009.

Hasil Reuters / Ipsos menyarankan dukungan yang lebih kuat untuk pungutan kekayaan total orang kaya, bukan hanya berbasis pendapatan saja.

Warren dan Sanders menggembar-gemborkan gagasan itu sebagai cara untuk membantu membayar program-program sosial utama seperti Medicare for All dan untuk membalikkan kenaikan tajam dalam bagian kekayaan yang dimiliki oleh orang-orang Amerika yang paling kaya, yang hanya 1% saja dari total populasi.

Baca Juga: Jeff Bezos kehilangan Rp 140 triliun pada 2019, tapi tetap jadi orang terkaya dunia

Sebanyak 56% dari Partai Republik setuju bahwa orang yang sangat kaya harus menjaga apa yang mereka miliki terlepas dari dampak pada ketidaksetaraan, 35% dari Partai Republik tidak setuju dengan pernyataan tersebut, seperti halnya 71% dari Demokrat.

Responden survei Republik yang diwawancarai oleh Reuters mengatakan mereka tidak melihat dukungan mereka untuk pajak kekayaan yang bertentangan dengan cita-cita partai mereka atau dukungan mereka untuk Trump.

Kathy Herron, 56 tahun, seorang Republikan yang tinggal di Santa Rosa, California menyatakan tetap mendukung Trump yang juga seorang miliarder.
Dalam pandangannya, presiden sebaiknya mendukung pajak yang lebih tinggi pada orang Amerika kaya. "Kami dikenakan pajak dari satu ujung ke ujung lainnya, dan sepertinya orang kaya tidak membayar bagian mereka," katanya.

Dalam beberapa tahun terakhir khususnya, lembaga-lembaga ekonomi arus utama seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Federal Reserve telah menganggap serius kemungkinan tingkat kekayaan dan ketimpangan pendapatan yang tinggi mungkin tidak hanya bersifat korosif secara politis, tetapi juga buruk bagi pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Ironi orang terkaya Hong Kong: Dicurigai China, dibenci para pengunjuk rasa

Pada pertemuan kebijakan Fed terbaru, anggota staf mempresentasikan penelitian tentang bagaimana perbedaan akses keluarga terhadap kredit dapat membuat resesi semakin buruk.




TERBARU

[X]
×