Reporter: Muhammad Julian | Editor: Sandy Baskoro
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. McKinsey & Company merilis publikasi berjudul How COVID-19 is Changing Behavior-Now and Forever pada 30 Juli 2020 lalu.
Dalam publikasi tersebut, para penulis yakni Sajal Kohli, Bjorn Timelin, Victor Fabius, dan Sofia Moulvad Veranen memaparkan, pandemi corona (Covid-19) di sejumlah negara telah menyebabkan perubahan perilaku konsumen pada beberapa aspek kehidupan.
Baca Juga: Kasus baru corona di Singapura diyakini bakal segera turun signifikan, ini sebabnya
Di tengah perubahan tersebut, McKinsey menilai bahwa perusahaan perlu melakukan adaptasi dalam melakukan penjualan, pemasaran, dan lain-lain sesuai dengan perubahan perilaku yang ada pada konsumen.
Perubahan perilaku, misalnya, tecermin pada cara masyarakat berbelanja dan mengonsumsi barang. Di masa pandemi, konsumen cenderung lebih memilih berbelanja secara digital melalui platform e-commerce. Kalaupun belanja dilakukan secara luring atau offline, konsumen cenderung memilih berbelanja di toko yang memiliki lokasi berdekatan dengan rumah.
Seiring perubahan tersebut, frekuensi berbelanja juga cenderung berkurang. Konsumen cenderung memilih untuk berbelanja dalam frekuensi yang lebih jarang, namun dengan porsi belanjaan yang lebih banyak dibandingkan biasanya (larger basket).
Di saat yang bersamaan, konsumsi produk-produk yang biasa di konsumsi di jalan (on-the-go consumption) juga mengalami penurunan. Maklumlah, waktu yang dihabiskan oleh konsumen kini lebih banyak di rumah seiring maraknya sistem bekerja dan belajar dari rumah.
Bukan hanya itu, prioritas konsumen dalam memilih produk ikut berubah, sebab pengeluaran tidak wajib alias discretionary spending konsumen mengalami penurunan. Dalam hal pembelian produk, konsumen akan cenderung memilih produk-produk dengan merek atau brand yang lebih dipercaya.
Baca Juga: Gawat! Kesehatan gigi dan mulut menurun saat pandemi Virus Corona
Selanjutnya, perubahan terjadi pada cara konsumen mengonsumsi hiburan. Dibandingkan pergi ke bioskop, konsumen kini lebih suka mengonsumsi konten hiburan digital melalui platform streaming. Kecenderungan tersebut diikuti oleh peningkatan intensitas akses dari segi play time.
Hal yang sama terjadi pada cara konsumen menyerap informasi. Kini, konsumsi informasi mengalami pergeseran ke arah media digital.
Di saat yang sama, minat konsumen untuk berwisata masih ada. Di sini, pariwisata domestik masih mengalami kenaikan, sementara pariwisata internasional mengalami penurunan. Sementara itu, tingkat belanja wisatawan cenderung menurun.
Berikutnya, perubahan dijumpai pada gaya hidup. Kini, masyarakat lebih fokus mengutamakan kesehatan dan kebersihan. Akibatnya, konsumsi produk-produk organik, alami dan segar mengalami peningkatan.
Baca Juga: Pesawat Air India Express jatuh di bandara, 17 orang tewas
Konsumen juga masih menjaga kebugaran melalui platform fitness on demand sesuai kebutuhan. Begitu pula pemenuhan kebutuhan akan obat-obatan dan pemeriksaan oleh dokter dilakukan secara digital sesuai kebutuhan (e-pharmacy & e-doctor).
McKinsey memperkirakan, beberapa kebiasaan baru masih akan terus berlangsung di masa normal berikutnya (next normal). Kebiasaan untuk berbelanja lebih banyak dibandingkan biasanya dalam satu kali pembelian (larger basket) misalnya, diperkirakan menjadi tren baru di masa next normal. Demikian pula halnya dengan kebiasaan mengurangi discretionary spending yang juga diperkirakan akan menjadi tren baru di masa next normal.
Di sisi lain, preferensi konsumsi hiburan secara digital, fitness on demand, dan lain-lain diperkirakan masih akan mengalami peningkatan di masa next normal. Sementara itu, tren penurunan konsumsi produk-produk yang biasa di konsumsi di jalan (on-the-go consumption) diperkirakan tidak berlanjut di masa next normal.
Baca Juga: WHO larang negara maju monopoli vaksin virus corona, ini alasannya