Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Isu mengenai utang kereta cepat antara Indonesia dan China mendapat sorotan dari sejumlah media asing.
Reuters, lewat artikelnya berjudul: "Indonesia has entered talks with China on high-speed train debt, minister says", menjelaskan bahwa saat ini pemerintah Indonesia tengah melakukan pembicaraan dengan China terkait restrukturisasi utang proyek kereta cepat Jakarta–Bandung.
Laporan Reuters tersebut mengutip hasil wawancara dengan CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Rosan Roeslani, Rabu (8/10/2025).
Dijelaskan pula, proyek kereta cepat senilai US$ 7,3 miliar yang didukung oleh pemerintah China itu mulai dibangun pada 2016 dan semula dijadwalkan beroperasi pada 2019.
Namun, proyek tersebut menghadapi sejumlah hambatan, mulai dari masalah pembebasan lahan, penundaan akibat pandemi, hingga pembengkakan biaya yang menyebabkan penyelesaiannya tertunda dari target awal.
Rosan tidak menjelaskan secara rinci mengenai skema restrukturisasi utang yang sedang dibahas dengan pemerintah China.
Baca Juga: Promo Tiket Kereta Cepat Whoosh Oktober 2025, Diskon Sampai Rp 50.000
“Kami ingin reformasi yang menyeluruh, sehingga setelah restrukturisasi nanti tidak ada lagi risiko seperti kemungkinan gagal bayar dan sebagainya di masa depan,” ujar Rosan, dikutip dari Reuters.
Isu serupa juga menjadi pembahasan China Global South Project. Lewat laporannya berjudul "After Kenya Secures Landmark Railway Debt Deal With China, Indonesia Eyes a Similar Renegotiation", media asal China ini melaporkan Rosan Roeslani pada Rabu (8/10) mengonfirmasi bahwa pemerintah Indonesia tengah melakukan pembicaraan dengan kreditur asal China untuk merestrukturisasi utang sebesar US$7,3 miliar yang dimiliki oleh perusahaan patungan Indonesia–China pengelola kereta cepat Whoosh.
China Global South Project juga mengatakan, meski layanan kereta cepat itu terbukti populer di kalangan penumpang — dengan jumlah pengguna menembus lebih dari 10 juta orang dalam dua tahun pertama operasinya — proyek tersebut masih kesulitan menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar kewajiban utangnya.
Tonton: Kereta Cepat Whoosh Bikin Tekor Triliunan, Bos KAI: Ini Bom Waktu
Sekadar tambahan informasi saja, mengutip Reuters, Kenya baru-baru ini mengambil langkah restrukturisasi utang kereta mereka. Negara tersebut mengonversi utang kereta senilai US$ 5 miliar dari denominasi dolar AS ke yuan (mata uang Tiongkok), untuk menurunkan beban bunga dan risiko nilai tukar.