Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tri Adi
Alhasil Dewij mampu meningkatkan pendapatan perusahaan dari US$ 30 juta menjadi lebih dari US$ 1,5 miliar antara 1999 hingga 2018. Perusahaan yang telah tersebar di negara Afrika ini, bahkan telah mempekerjakan sebanyak 24.000 orang, dan berambisi menyerap lebih banyak lagi pekerja yaitu 100.000 orang pada tahun 2021.
Perusahaan ini mempunyai peranan strategis dalam memperkuat perekonomian dan industri di Tanzania. Dalam hal, ini negara memetik manfaat atas kegiatan bisnis domestik maupun ekspor yang dilakukan oleh MeTL. Sejauh ini MeTL telah berkontribusi 3,5% bagi produk domestik bruto (PDB) di Tanzania.
Maka tak mengherankan, Majalah Forbes memberikan predikat Dewij sebagai orang terkaya ke-17 di Afrika, dengan memiliki kekayaan bersih sekitar US$ 1,54 miliar di tahun 2018. Dia adalah orang Tanzania pertama yang masuk sampul majalah Forbes, pada tahun 2013 dan mendapatkan gelar Forbes Africa Person Of The Year di bulan November 2015.
Pada tahun 2014, United Nations Human Development Index merilis laporan bahwa Tanzania masuk urutan 169 dari 187 negara dalam kemiskinan. Sementara data United Nations Development Programme (UNDP) menyebut bahwa sekitar 68% dari 44,9 juta warga Tanzania hidup di bawah garis kemiskinan dengan upah hanya US$ 1,25 sehari dan 16% anak-anak di bawah usia 5 tahun kekurangan gizi.
Dengan kondisi Tanzania yang memprihatinkan, Dewij mendirikan dua organisasi sosial yakni yayasan Mo Dewij dan organisasi nonpemerintah Singida Yetu. Yayasan Mo Dewig didirikan pada tahun 2014.
Fokus yayasan Mo Dewij meliputi pendidikan, kesehatan, dan proyek pengembangan masyarakat di seluruh Tanzania. Selama lima tahun terakhir, MeTL telah menghabiskan lebih dari US$ 3 juta untuk proyek tersebut.
(Bersambung)