kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membesarkan bisnis konglomerasi sang ayah di Afrika (1)


Selasa, 23 Oktober 2018 / 15:29 WIB
Membesarkan bisnis konglomerasi sang ayah di Afrika (1)
ILUSTRASI. FENOMENA - Mohammed Dewij


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tri Adi

Tinggal di negara miskin seperti Tanzania tidak menghalangi Mohammed Dewij menemukan kesuksesan finansial. Lewat perusahaan keluarga berbendera Enterprises Tanzania Limited, Dewij menjalankan banyak bisnis peninggalan sang ayah mulai perdagangan, energi, infrastruktur, real estat hingga logistik. Tentakel bisnisnya telah tersebar ke 11 negara di Afrika. Tak heran ia menjadi salah satu orang terkaya di benua Afrika dengan kekayaan US 1,54 miliar pada tahun ini.

Tanzania yang berada di Afrika Timur dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat kemiskinan tertinggi di dunia. Namun itu bukan merupakan halangan bagi Mohammed Dewij menjadi kaya raya melalui kegiatan bisnisnya yang sukses di negara itu. Melalui Mohammed Enterprises Tanzania Limited (MeTL), pria berusia 43 tahun itu sukses mengepakkan sayap bisnisnya hingga di 11 negara Afrika.

MeTL merupakan induk perusahaan yang menjalankan berbagai lini bisnis dari perdagangan, pertahanan, manufaktur, energi, perminyakan, jasa keuangan, telepon seluler, infrastruktur, real estat, transportasi, logistik dan lainnya. Hingga saat ini MeTL merupakan perusahaan swasta terbesar di Tanzania.

Kesuksesan MeTL bukan datang dengan tiba-tiba. Di sana ada cucuran keringat Dewij yang membuat perusahaan tersebut kini bernilai US$ 1 miliar. Bisnisnya telah tersebar seperti di Uganda, Ethiopia Kenya, Sudan Selatan, Rwanda, Burundi, Zambia, Mozambik, Malawi, Kongo, dan Tanzania.

Selepas lulus kuliah di Universitas Georgetown di Washington, Amerika Serikat (AS), pada 1998, Dewij langsung melanjutkan bisnis yang dirintis sang ayah Gulamabbas Dewji di MeTL. Berkat kemampuan bisnis dan membaca kebutuhan pasar, Dewij hanya membutuhkan waktu dua tahun dan kemudian dipercaya menjadi chief financial officer (CFO) di perusahaan milik keluarganya itu.

Pada tahun 2000-an, pemerintah Tanzania melakukan privatisasi ke perusahaan-perusahaan negara yang merugi. Ia mengambil kesempatan ini untuk membeli perusahaan tersebut dengan harga murah. Ia menghemat biaya operasional dengan memangkas pengeluaran pegawai.

Alhasil Dewij mampu meningkatkan pendapatan perusahaan dari US$ 30 juta menjadi lebih dari US$ 1,5 miliar antara 1999 hingga 2018. Perusahaan yang telah tersebar di negara Afrika ini, bahkan telah mempekerjakan sebanyak 24.000 orang, dan berambisi menyerap lebih banyak lagi pekerja yaitu 100.000 orang pada tahun 2021.

Perusahaan ini mempunyai peranan strategis dalam memperkuat perekonomian dan industri di Tanzania. Dalam hal, ini negara memetik manfaat atas kegiatan bisnis domestik maupun ekspor yang dilakukan oleh MeTL. Sejauh ini MeTL telah berkontribusi 3,5% bagi produk domestik bruto (PDB) di Tanzania.

Maka tak mengherankan, Majalah Forbes memberikan predikat Dewij sebagai orang terkaya ke-17 di Afrika, dengan memiliki kekayaan bersih sekitar US$ 1,54 miliar di tahun 2018. Dia adalah orang Tanzania pertama yang masuk sampul majalah Forbes, pada tahun 2013 dan mendapatkan gelar Forbes Africa Person Of The Year di bulan November 2015.

Pada tahun 2014, United Nations Human Development Index merilis laporan bahwa Tanzania masuk urutan 169 dari 187 negara dalam kemiskinan. Sementara data United Nations Development Programme (UNDP) menyebut bahwa sekitar 68% dari 44,9 juta warga Tanzania hidup di bawah garis kemiskinan dengan upah hanya US$ 1,25 sehari dan 16% anak-anak di bawah usia 5 tahun kekurangan gizi.

Dengan kondisi Tanzania yang memprihatinkan, Dewij mendirikan dua organisasi sosial yakni yayasan Mo Dewij dan organisasi nonpemerintah Singida Yetu. Yayasan Mo Dewig didirikan pada tahun 2014.

Fokus yayasan Mo Dewij meliputi pendidikan, kesehatan, dan proyek pengembangan masyarakat di seluruh Tanzania. Selama lima tahun terakhir, MeTL telah menghabiskan lebih dari US$ 3 juta untuk proyek tersebut.

(Bersambung)




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×