Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tri Adi
Mohammed Dewij banyak berutang budi pada ayahnya, Gulamabbas Dewij. Sejak kecil dirinya hidup berdisiplin dan hidup mandiri. Dewij sempat bekerja sebagai pegawai di J.P Morgan Investment Banking. Namun tidak bertahan lama lantaran gaji yang ia peroleh sulit menutup biaya hidup di Amerika Serikat yang mahal. Lalu datang ajakan untuk bekerja di perusahaan sang ayah. Dewij berhasil mengembangkan bisnis importir menjadi bisnis manufaktur.
Miliarder Mohammed Dewij tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Afrika yang sukses mengumpulkan pundi-pundi kekayaan hingga US$ 1,5 miliar per Oktober 2018. Namun kekayaan itu tidak ia peroleh dengan mudah. Ia tetap harus kerja keras, tekun dan itu semua berkat didikan dari ayahnya, Gulamabbas Dewij.
Ayahnya secara teratur memberikan pendidikan formal dan informal. Sang ayah melatihnya sejak kecil untuk berbisnis. Dewij bercerita, ketika musim panas tiba, ayahnya mewajibkan bekerja dan hidup mandiri. Gaya hidup disiplin dan mandiri tetap diterapkan ayahnya hingga Dewij dewasa.
Selepas lulus dari Universitas Georgetown, Amerika Serikat (AS), Dewij memilih bekerja di J.P Morgan Invesment Banking, New York, tapi itu tidak menghasilkan terlalu banyak uang. Ia memperoleh gaji sebesar US$ 60.000 per tahun. Uang tersebut kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di kota dengan biaya hidup termahal, yaitu Manhattan, New York.
Apalagi dari penghasilan itu masih terkena pajak dari pemerintah sebesar 30%, ditambah mahalnya biaya sewa apartemen di sana. Dalam beberapa bulan bekerja di Wall street, ia menyadari, membutuhkan dukungan finansial ekstra dari ayahnya. Namun, ayahnya menolak dengan sopan dan sebaliknya mengajak Dewij kembali ke rumah dan bergabung ke bisnis keluarga di Tanzania. "Suatu hari, saya menelepon ayah saya dan memintanya menambah penghasilan saya. Sewa untuk apartemen kecil saya sebesar US$ 30.000 per tahun, dan saya membayar lebih dari 30% dari penghasilan saya untuk pajak", kata Dewij, yang dikutip dari Forbes.