kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjadi miliarder berkat bisnis pembuatan sarung tangan karet (1)


Jumat, 27 September 2019 / 16:27 WIB
Menjadi miliarder berkat bisnis pembuatan sarung tangan karet (1)
ILUSTRASI. FENOMENA - Lim Wee Chai


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tri Adi

KONTAN.CO.ID - Sarung tangan karet bukan barang mewah. Tapi jangan angap sepele, barang yang satu ini justru telah berhasil mengangkat Lim Wee Chae, pengusaha asal Malaysia menjadi miliarder dengan total kekayaan mencapai US$ 1,2 miliar. Berawal dengan modal hanya sebesar RM 180.000 pada tahun 1991, Lim sukses membangun perusahaan produsen sarung tangan terbesar di dunia. Pada tahun 2018, pendapatannya sudah mencapai US$ 4,21 miliar atau Rp 58,94 triliun.

Lim Wee Chai adalah pengusaha kaya raya asal Malaysia. Dalam catatan Forbes, total kekayaannya mencapai US$ 1,2 miliar sehingga menjadikannya berada di jajaran 50 besar orang terkaya di Malaysia. Pundi-pundi kekayaan itu berasal dari kesuksesan perusahaan pembuat sarung tangan karet yang ia rintis di bawah bendera Top Glove Corporation.

Lim merintis Top Glove pada tahun 1991 bersama istrinya, Tong Siew Bee. Berdua, mereka merintis pembuatan sarung tangan karet dengan mempertaruhkan seluruh tabungan yang dimiliki kala itu.

Bisnis sarung tangan dipilih karena Lim dan sang istri melihat potensinya besar sejalan dengan tingginya permintaan untuk perawatan kesehatan. Apalagi, ayah dua anak ini sudah tertarik dengan karet sejak kecil lantaran orang tuanya memiliki kebun karet.

Awal beroperasi, Top Glove dimulai dengan satu pabrik, satu jalur produksi, dan 100 staf. Pabrik itu pun dibeli dari salah satu produsen sarung tangan yang kebetulan gulung tikar. Modalnya hanya RM 180.000.

Dengan pantang menyerah, pria kelahiran 7 Janurai 1958 itu membangun bisnis dan bersaing dengan sekitar 250 perusahaan serupa yang ada di Malaysia kala itu. Untung baginya, permintaan sarung tangan medis meningkat secara dramatis saat itu, karena epidemi HIV/AIDS. Sementara banyak pemain tersingkir karena tidak memenuhi standar kualitas yang ketat yang diterapkan importir.





[X]
×