Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada hari Senin mengatakan Qassem Soleimani terbunuh sebagai bagian strategi yang lebih luas untuk mencegah tantangan musuh AS. Strategi ini juga berlaku untuk China dan Rusia.
Ucapan Pompei itu semakin melemahkan pernyataan bahwa sang jenderal Iran terbunuh karena merencanakan serangan terhadap target AS.
Dalam pidatonya di Hoover Institute di Universitas Stanford, Pompeo tidak menyebutkan ancaman serangan apa yang direncanakan oleh Soleimani. Dia hanya mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa AS mendahului plot sebagai alasan serangan drone pada 3 Januari lalu.
Pidatonya, "Restorasi Deterrence: The Iranian Example," berfokus pada apa yang ia sebut strategi pemerintah Trump untuk membangun "pencegahan nyata" terhadap Iran, mengikuti kebijakan Republik dan Demokrat sebelumnya yang mendorong "aktivitas memfitnah" Teheran.
Demokrat dan beberapa anggota parlemen Republik mempertanyakan alasan pembunuhan terhadap Soleimani. Sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengatakan empat kedutaan AS menjadi target rencana serangan Soleimani.
Pada hari Minggu, Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan dia tidak melihat ada informasi intelijen yang memperingatkan tentang rencana serangan terhadap kedutaan semacam itu.
- Jaksa Agung AS: Membunuh Soleimani sah, Trump punya otoritas
- Ini pernyataan Trump soal pembunuhan Soleimani yang memicu kontroversi
- Masuk hari ketiga, pemrotes kembali turun ke jalan tuntut Pemimpin Iran mundur
Pompeo mengatakan ada "strategi yang lebih besar" di belakang pembunuhan Soleimani, komandan Pasukan Quds, spionase asing elit Iran dan pasukan paramiliter.