Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, yang bernilai sekitar US$ 3 triliun karena dilewati kapal perdagangan setiap tahun. Pada tahun 2016, pengadilan arbitrase di Den Haag memutuskan bahwa klaim tersebut tidak sesuai dengan hukum internasional.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, kementerian luar negeri Filipina menuduh penjaga pantai China membayangi, memblokir, melakukan manuver berbahaya, dan tantangan radio dari kapal penjaga pantai Filipina.
Pada hari Minggu, Filipina berjanji untuk melanjutkan latihan maritim di ZEE Laut China Selatan sebagai tanggapan atas permintaan China yang menghentikan tindakan yang dikatakannya dapat meningkatkan perselisihan.
Data Kementerian Luar Negeri Filipina menunjukkan, pada 26 April, Filipina telah mengajukan 78 protes diplomatik ke China sejak Presiden Rodrigo Duterte menjabat pada 2016.
Baca Juga: Filipina lawan kapal China lewat latihan maritim di Laut China Selatan
"Pernyataan kami juga lebih kuat karena sifat kegiatan yang lebih berani, jumlah, frekuensi dan kedekatan gangguan," kata Marie Yvette Banzon-Abalos, direktur eksekutif untuk komunikasi strategis di kementerian luar negeri.
Duterte sebagian besar telah mengejar hubungan yang lebih hangat dengan China dengan imbalan janji Beijing untuk menggelontorkan miliaran dolar dalam investasi, bantuan, dan pinjaman.
"China tetap menjadi dermawan kami. Hanya karena kami memiliki konflik dengan China tidak berarti kami harus bersikap kasar dan tidak sopan," kata Duterte dalam pidato nasional mingguan.
"Jadi, mohon izinkan para nelayan kami menangkap ikan dengan damai dan tidak ada alasan untuk masalah," kata Duterte, berbicara kepada China.