Sumber: Reuters,Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
NEW YORK. Discovery Communications dan Scripps Networks Interactive Inc sedang dalam pembicaraan rencana merger. Langkah itu melanjutkan rencana merger yang sempat dibatalkan pada tiga tahun silam.
Seperti diwartakan Reuters, Rabu (19/7) dengan mengutip dua orang sumbernya, merger tersebut dapat menciptakan sebuah perusahaan jaringan televisi (TV) kabel bernilai puluhan miliar dollar AS. Namun memang bukan sekali ini saja Discovery berniat melakukan merger dengan Scripps. Sumber Reuters menyebut, sebelumnya telah dua kali Discovery mencoba melobi Scripps.
Scripps merupakan perusahaan TV kabel asal Amerika Serikat (AS) dengan produk siaran berupa HGTV, Travel Channel. Investasi Scripps meliputi kepemilikan saham pada Food Network.
Beberapa tahun lalu, Scripps memang sedang mencari calon pembeli di tengah kesulitan untuk berkembang. Scripps tak sendiri, sebab banyak perusahaan sejenis kecil lainnya juga butuh gelontoran dana segar yang memungkinkan mereka bernegosiasi dengan perusahaan pemilik satelit.
Discovery tak sendiri. Viacom Inc., perusahaan TV kabel dan satelit asal AS juga dikabarkan bernafsu membeli Scripps. Scripps kini menjadi target akuisisi sejumlah perusahaan, pasca konglomerasi E.W. S. Scripps tidak lagi memegang kendali perusahaan ini sejak lima tahun silam. Asal tahu saja, perusahaan ini berdiri sejak tahun 1993.
Sayang, kabar merger dan akuisisi tersebut tidak mendapat respon dari pihak-pihak yang terlibat. Baik Scripps, Discovery, dan Viacom menolak menanggapi kabar tersebut.
Hadapi YouTube
Kabar munculnya kembali isu merger dan akuisisi terhadap Scripps oleh Discovery dan Viacom, membuat harga saham perusahaan tersebut kompak naik. Seperti diberitakan Bloomberg, Harga saham Scripps yang kini berkapitalisasi pasar US$ 8,7 miliar, naik 10% setelah isu merger dan akuisisi kembali mencuat.
Sementara, harga saham Discovery yang berkapitalisasi pasar US$ 15 miliar, naik 9,8% ke level US$ 28,61 per saham. Adapun saham Viacom dengan kapitalisasi pasar US$ 14,5 miliar, naik 13,4% ke posisi US$ 76,02 per saham.
Perusahaan media tradisional kini memang tengah menghadapi tekanan yang besar dari pemain online semisal Netflix dan YouTube. Pangsa pasar pemirsa kini lebih banyak beralih ke media online, yang tentu saja diikuti oleh belanja iklan.
Ketatnya persaingan, diyakini David Zaslav, Chief Executive Officer (CEO) Discovery kelak bakal menyatukan perusahaan-perusahaan media, baik kabel maupun mobile dan online. "Dua sampai tiga tahun dari sekarang, Anda (pemirsa) akan mendapat layanan dari satu pihak. Kami memiliki konten yang eksklusif yang bagus dan mereka (pebisnis mobile dan online) akan membutuhkan kami," terang Zaslav kepada wartawan, Minggu (16/7).