Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW DELHI. Tingkat inflasi di India menjinak ke level terendah sejak awal Maret tahun ini. Turunnya angka inflasi ini dipicu oleh turunnya harga minyak dunia yang mendorong Pemerintah India menurunkan harga BBM.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan hari ini, tingkat harga penjualan secara keseluruhan di India mengalami kenaikan sebesar 6,84% pada minggu yang berakhir 6 Desember dibanding tahun sebelumnya. Padahal, pada minggu sebelumnya, angka ini mengalami kenaikan sebesar 8%. Sementara, para ekonom memprediksi kenaikan sebesar 7,49%.
Akibatnya, obligasi India juga mengalami peningkatan karena melambatnya inflasi akan memberikan ruang lebih bagi bank sentral untuk memangkas suku bunga acuannya. Menurut Penasihat Kementerian Perdagangan India Arvind Virmani, para penentu kebijakan di India harus bertindak lebih agresif lagi untuk menekan dampak krisis yang semakin melebar ini.
“Ada risiko yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan itu merupakan alasan munculnya kebijakan moneter baru setelah selama tiga tahun mengalami pengetatan. Kami berharap, bank sentral akan mengurangi suku bunga acuan sebesar 100 basis poin lagi,” jelas Dhamakirti Joshi, ekonom Crisil Ltd.
Sekadar tambahan informasi, bank sentral India pada 6 Desember sudah menurunkan suku bunga acuannya dari 7,5% menjadi 6,5%. Pada hari berikutnya, pemerintah juga mengumumkan penggelontoran paket stimulus sebesar US$ 4 miliar untuk meningkatkan spending. Dana itu juga ditujukan untuk penurunan pajak terhadap beberapa barang-barang konsumsi seperti mobil, layar televisi dan sepeda motor.
Lantas, India pada 5 Desember lalu juga sudah menurunkan harga bensin menjadi 5 rupe (11 sen) per liter dan harga solar menjadi 2 rupe per liter.
Pemerintah India memprediksi, pertumbuhan ekonomi India akan tumbuh menjadi 7% pada tahun fiskal yang berakhir 31 Maret mendatang. Angka tersebut lebih rendah dibanding pertumbuhan tiga tahun belakangan yang kenaikannya mencapai 9%.