Sumber: Mashable | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Pertarungan sengit antara China dengan AS telah berlangsung lama.
Belakangan, ketegangan mungkin kian meruncing setelah presiden AS Donald Trump menyalahkan China terkait penyebaran virus corona serta perseteruan Laut China Selatan. Belum lagi masalah lain yakni saat pemerintah Amerika melarang perusahaan yang berbasis di AS untuk bekerja dengan Huawei, yang nota bene merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di China.
Baca Juga: China tidak akan terima 'pencurian' Amerika atas TikTok
Mengutip Mashable.com, kembali pada awal 2019, Trump memberlakukan larangan pada perusahaan seperti Google dan Microsoft untuk bekerja dengan ZTE dan Huawei karena masalah keamanan dan penangkapan CFO Huawei Meng Wanzhou.
Warga Tiongkok tidak menganggap hal itu enteng dan melakukan aksi ekstrem untuk menunjukkan bahwa mereka membenci produk AS. Salah satunya dengan merekam video saat mereka menghancurkan iPhone dan membeli perangkat Huawei.
Hal yang ingin mereka tunjukkan adalah sikap patriotik melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh Amerika.
Baca Juga: Di tengah ketegangan di Laut China Selatan, AS dan Thailand gelar latihan militer
Akan tetapi, meski ada kebencian terhadap produk AS, sebuah laporan yang dirilis oleh Counterpoint -sebuah perusahaan riset pasar teknologi- menunjukkan bahwa penjualan ponsel cerdas Apple di China saat ini lebih tinggi daripada Huawei.
Baca Juga: Tengah ada dalam tekanan di AS, pemilik TikTok tuduh Facebook sebagai plagiat
Data yang dihimpun CNBC menunjukkan, volume penjualan untuk iPhone di Tiongkok adalah 7,4 juta unit pada kuartal April hingga Juni, pertumbuhan 32% year-on-year, menurut Counterpoint Research.
Sebagai perbandingan, produsen telepon China Huawei mencatatkan volume penjualan 36,6 juta unit, atau hanya naik 14% dibandingkan tahun lalu. Dari data itu dapat diketahui bahwa Apple menjual ponsel secara signifikan lebih sedikit daripada Huawei di China. Namun, angka pertumbuhannya sangat tinggi.