kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -6,99   -0.75%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Militer China diramal akan kalahkan AS dalam perang pertama di Laut China Selatan!


Jumat, 05 Maret 2021 / 08:29 WIB
Militer China diramal akan kalahkan AS dalam perang pertama di Laut China Selatan!
ILUSTRASI. Seorang profesor maritim memprediksi, China dipediksi memiliki keunggulan lebih atas militer AS dalam potensi konflik di Asia-Pasifik. REUTERS/Kham


Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Seorang profesor maritim memprediksi, China dipediksi memiliki keunggulan lebih atas militer AS dalam potensi konflik di Asia-Pasifik.

Lyle Goldstein, profesor riset di Institut Studi Maritim China Naval War College, mengatakan AS kemungkinan akan kalah dalam pertarungan pertama dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). 

Melansir Express.co.uk, ketegangan antara Washington dan Beijing telah berulang kali terjadi seiring dilakukannya latihan angkatan laut di perairan Asia yang disengketakan selama setahun terakhir. China marah atas dukungan AS terhadap Taiwan dan kehadirannya di Laut China Selatan.

Goldstein memperingatkan, kemenangan China itu sangat masuk akal dan tidak ada jaminan kemenangan bagi AS di fase pertama.

Baca Juga: Amerika: Hubungan kami dengan China kolaboratif ketika bisa, bermusuhan ketika harus

Meskipun banyak ahli yang mengajukan variasi skenario konflik China dan AS, Goldstein menambahkan semuanya sangat menantang bagi Washington.

"Saya pikir China sekarang memiliki kekuatan yang memadai, termasuk udara, rudal, peperangan elektronik, operasi spek, angkatan laut, bawah laut dan nuklir untuk kemungkinan menang di fase pertama dan mungkin di fase berikutnya juga," papar Goldstein seperti yang dikutip Express.co.uk.

Baca Juga: AS: China satu-satunya yang mampu gabungkan kekuatan ekonomi, militer, dan teknologi

Berbicara kepada Newsweek, Goldstein mengatakan persenjataan China cukup penting sehingga membuat  negara itu unggul atas AS.

Namun dia mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan Beijing lebih unggul atas AS. Pertama, geografi yang menguntungkan. Kedua, kemauan yang lebih besar atau kepentingan inti. Ketiga, kemauan untuk menyerang lebih dulu.

Goldstein kemudian merujuk pada titik api ketegangan AS/China, termasuk Taiwan dan Laut China Selatan.

James E. Fanell, pensiunan kapten Angkatan Laut AS yang menjabat sebagai direktur Intelijen dan Operasi Informasi untuk Armada Pasifik AS, juga mengatakan kepada Newsweek bahwa China telah mengejar kekuatan militer AS.

Baca Juga: Xi Jinping helat acara besar-besaran di Beijing, dalam rangka apa?

“Selama dua dekade terakhir, RRT telah mengubah keseimbangan kekuatan militer di seluruh Indo-Pasifik. Di luar produksi Angkatan Laut AS dalam jumlah kapal perang dengan kecepatan empat banding satu, Pasukan Roket Strategis PLA telah menempatkan kapal induk AS dalam risiko dengan menerjunkan rudal balistik anti-kapal induk DF-21D dan DF-26," jelas Fanell.

Presiden AS Joe Biden telah berjanji untuk mempertahankan kedaulatan Taiwan dan menantang agresi China di Laut China Selatan.

Baca Juga: China gelar latihan tempur pendaratan amfibi, di tengah ketegangan dengan Taiwan

Pada bulan Februari, kapal perusak berpeluru kendali USS Russell berlayar dalam jarak 12 mil laut dari Kepulauan Spratly di Laut China Selatan, yang hampir semuanya diklaim oleh Beijing sebagai wilayah kedaulatannya.

"Operasi kebebasan navigasi ini menjunjung tinggi hak, kebebasan dan penggunaan yang sah atas laut yang diakui dalam hukum internasional dengan menantang pembatasan yang melanggar hukum pada bagian tidak bersalah yang diberlakukan oleh China, Vietnam, dan Taiwan," jelas Letnan Joe Keiley, juru bicara Armada ke-7 Angkatan Laut AS.

Baca Juga: Jerman kirim kapal perang pertama ke Laut China Selatan sejak 2002, China geram!

Seorang juru bicara PLA memperingatkan dalam sebuah laporan bahwa operasi tersebut secara serius melanggar kedaulatan dan keamanan China, sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional, dan dengan sengaja mengganggu suasana damai, persahabatan, dan kerja sama di Laut China Selatan.

China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayah daratannya, dan mengancam akan merebut kembali pulau itu dengan paksa.

Selanjutnya: Kapal perusak canggih China terbaru Type 052DL ikut latihan, begini kemampuannya




TERBARU

[X]
×