Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Klaimnya didukung oleh kelompok hak asasi Amnesty, yang menuduh militer melakukan pembunuhan besar-besaran di negara tersebut.
Andrew juga menyerukan sanksi terhadap para pemimpin junta dan Perusahaan Minyak dan Gas Myanmar milik militer, yang ditetapkan untuk mencapai target pendapatan US$ 1 miliar tahun ini. Di sisi lain, AS telah mengumumkan sanksi terhadap 10 pemimpin kudeta, termasuk penjabat presiden Myanmar, dan tiga perusahaan.
Yang terbaru dari aksi protes
Sedikitnya tujuh orang lagi dibunuh oleh pasukan keamanan pada hari Kamis (11/3/2021), sehingga total korban tewas menjadi lebih dari 70. Para saksi mata mengatakan beberapa pengunjuk rasa telah ditembak di kepala.
Enam dari kematian itu terjadi di pusat kota Myaing.
"Kami melakukan aksi protes dengan damai," kata seorang petugas kesehatan di sana kepada kantor berita Reuters. "Saya tidak percaya mereka melakukannya."
Baca Juga: Lindungi pengunjuk rasa, Suster Ann Rose kembali berlutut di depan polisi Myanmar
Kematian lebih lanjut terjadi di kota distrik Dagon Utara Yangon, di mana Chit Min Thu yang berusia 25 tahun meninggal setelah ditembak di kepala.
"Tak seorang pun akan berdamai sampai situasi ini berakhir. Mereka begitu kejam dengan putra saya," kata ibunya Hnin Malar Aung kepada kantor berita AFP.
Sementara itu, seorang pejabat senior mengatakan militer telah menahan diri sepenuhnya dan menuduh para pengunjuk rasa melakukan tindakan kekerasan.