Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pada pembicaraan di St Petersburg pada hari Sabtu, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa memberi Putin 10 poin inisiatif perdamaian dari tujuh negara Afrika dan mengatakan kepadanya bahwa waktunya telah tiba bagi Rusia dan Ukraina untuk memulai negosiasi untuk mengakhiri perang.
Putin menanggapi dengan melontarkan serangkaian tuduhan yang dibantah oleh Ukraina dan Barat dan mengatakan Kyiv, bukan Moskow, yang menolak untuk berunding. Dia berterima kasih kepada Ramaphosa atas "misi mulianya".
Kantor berita Rusia mengutip juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Putin telah menunjukkan minat pada rencana tersebut tetapi akan "sulit untuk diwujudkan".
Sehari sebelumnya di Kyiv, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy telah mengatakan kepada delegasi Afrika bahwa mengizinkan negosiasi sekarang hanya akan "membekukan" perang dan menambah penderitaan rakyat Ukraina.
Jurang besar antara kedua belah pihak semakin terlihat ketika Putin menggunakan forum ekonomi utama pada hari Jumat untuk mencela Zelenskiy secara pribadi dan menyatakan kembali tujuan "demiliterisasi" dan "denazifikasi" Ukraina yang ia tetapkan pada hari pertama perang. ini mendapat penolakan dari Kyiv dan Barat dan menyebutnya sebagai dalih palsu untuk invasi.
Baca Juga: Pertahanan Udara Ukraina Tembak Jatuh 15 dari 18 Rudal yang Diluncurkan Rusia
Namun, Ramaphosa berusaha untuk menyampaikan perjalanan ke Ukraina dan Rusia secara positif. Dia menuliskan tweet pada hari Minggu bahwa Inisiatif Perdamaian Afrika telah berdampak dan keberhasilan akhirnya akan diukur pada tujuan, yaitu menghentikan perang.
Dia mengatakan warga Afrika akan terus berbicara dengan Putin dan Zelenskiy dan akan memberi tahu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres tentang upaya mereka sejauh ini.
Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry, mengatakan pada Minggu bahwa mereka tidak mengharapkan hasil dalam waktu dekat.
"Tapi ini adalah awal yang kami harap akan berbuah pada akhirnya," imbuhnya.