kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,92   -8,44   -0.91%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Modal ventura China mulai melirik star up asal Afrika


Senin, 09 Desember 2019 / 16:53 WIB
Modal ventura China mulai melirik star up asal Afrika
ILUSTRASI. Ilustrasi start up bussiness


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perusahaan modal ventura asal China mulai melirik investasi ke start up Afrika sejak tahun lalu. Pada Agustus 2019 lalu, Qingliu Capital, Jiuhe Venture Capital dan Shaka Ventures menyuntikkan dana ke perusahaan perjalanan berbasis online, GONA di Lagos, Nigeria. Start up ini menawarkan layanan bus non-tunai sebagai solusi pembayaran.

Kemudian pada bulan November 2019, perusahaan fintech Nigeria PalmPay telah mengumpulkan dana sebesar US$ 40 juta yang dipimpin oleh investor, produsen ponsel China Transsion. Dengan aplikasi pembayaran PalmPay akan diinstal pada jutaan ponsel Transsion pada tahun depan.

Baca Juga: Meksiko akan terima permintaan baja Amerika Serikat tapi dengan syarat

Dan hanya beberapa minggu yang lalu, start up OPay berfokus pada pasar Afrika mengumpulkan dana US$ 120 juta, sebagian besar dari investor Cina. Nilai itu di atas US$ 50 juta 50 juta yang diperoleh OPay dari investor Tiongkok pada Juni 2019 lalu untuk meningkatkan operasi di Lagos serta memperluas produk pembayarannya ke Kenya, Ghana dan Afrika Selatan.

Para pengamat mengatakan bahwa derasnya investasi Cina dalam pembayaran mencerminkan minat yang tumbuh pada perusahaan teknologi Afrika secara umum, sebagian berkat peluang di benua Afrika.

Tetapi hanya beberapa tahun yang lalu, banyak investor tidak percaya pasar Afrika telah tiba menurut Thomas Tsao, pendiri Gobi Partners, yang merupakan perusahaan modal ventura yang berkantor pusat di Shanghai dan Kuala Lumpur.

"Di masa lalu, kami percaya bahwa ada perkembangan berurutan dalam pengembangan untuk pasar yang berbeda, Itu berarti bahwa di China akan berkembang diikuti oleh India, Asia Tenggara dan kemudian Anda akan melihat efeknya melalui Asia Selatan dan Timur Tengah, dan akhirnya ke Afrika,” kata Tsao dilansir dari South China Morning Post, Minggu (8/12).

Baca Juga: Ekonomi AS dan China melambat, ini efeknya ke Indonesia menurut ekonom

Tetapi sekarang, perubahan pasar telah melanda dengan cepat dan perkembangan ini terjadi secara spontan. “Pembangunan di Afrika mungkin tidak harus menunggu. Ini bukan lagi perkembangan berurutan. Afrika memiliki peluang bagus sebagai pasar negara berkembang lainnya,” tambahnya.

Tsao mengatakan, Gobi secara aktif mulai mencari investasi di Afrika, bergabung dengan puluhan dana ventura yang telah menginvestasikan jutaan dolar di perusahaan teknologi Afrika tahun ini saja.

Untuk itu, Gobi telah bermitra dengan Transsion untuk berinvestasi ke Future Hub, inkubator Tiongkok-Afrika, dan dana VC. Future Hub pada gilirannya telah berinvestasi di perusahaan baru Nigeria, Termii, sebuah perusahaan perpesanan dan analitik.

Perusahaan teknologi asal Afrika lainnya juga telah menarik minat orang Cina. Di Afrika Timur, perusahaan logistik truk Lori Systems, yang menyediakan logistik berdasarkan permintaan seluler melalui jaringan driver dan mitra dagang mirip Uber, meningkatkan jumlah dananya melalui investasi dari China Hillhouse Capital dan Crystal Stream Capital.

Baca Juga: Banyak impor sepeda dari China, produsen sepeda lokal kena imbasnya

Hillhouse dan Crystal Stream dan investor China lainnya seperti Meituan-Dianping, GaoRong, dan GSR Ventures telah menjadi semakin aktif dalam ekosistem awal di Afrika.

Setahun lalu, perusahaan China ke Lembah Silikon untuk investasi ke sana namun terkendala oleh pengawasan ketat di AS, khususnya terkait keamanan nasional terhadap perusahaan asal China sehingga hal ini memperlambat arus kas secara signifikan.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×