Sumber: Bloomberg | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Morgan Stanley memprediksi Bank Indonesia akan memangkas suku bunganya hingga empat kali hingga akhir tahun ini untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Mengutip Bloomberg, Rabu (17/7) Head of Asia-ex Japan FX and rates strategy Morgan Stanley Hong Kong Min Dai mengatakan, bank sentral memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuannya menjadi 5% karena lebih rendahnya yield US treasury dan penurunan harga minyak dunia.
Berdasarkan estimasi median ekonom yang disurvei Bloomberg, BI akan memangkas suku bunganya menjadi 5,5% di akhir Desember 2019.
"Kami mengakui bahwa itu di luar konsensus," ujar Dai menanggapi perkiraannya. "Sementara BI menaikkan suku bunga tahun lalu karena yield US Treasury dan harga minyak naik, kedua faktor itu tidak terjadi di pasar tahun ini. Hal ini memberikan kesempatan yang sangat bagus bagi BI untuk melakukan sedikit pelonggaran."
Morgan Stanley melihat BI akan menurunkan suku bunga acuannya menjadi 5% setelah menaikkannya enam kali pada tahun 2018.
Menurut Dai, pemangkasan suku bunga di Indonesia akan membantu menstabilkan mata uang dan memungkinkan obligasi negara untuk memperpanjang reli baru-baru ini.
Dai memperkirakan rupiah akan ada di level Rp 14.000 per dollar AS di akhir tahun, sebelum menguat ke level Rp 13.800 per dollar AS pada Maret 2020.
Sementara itu, yield SUN untuk tenor 10 tahun akan turun menjadi 7% pada akhir Desember.
Bank Indonesia kemungkinan besar akan bergabung dengan bank sentral negara-negara lain untuk menurunkan suku bunga acuannya karena perlambatan pertumbuhan global dan meningkatnya ketegangan perdagangan meyakinkan bank sentral di seluruh dunia untuk melonggarkan kebijakan.
Sebanyak 20dari 32 ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan BI akan memangkas suku bunga acuannya dalam rapat dewan gubernur yang digelar hari ini dan besok.
Menurut Dai, BI kemungkinan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pekan ini dan melanjutkan penurunannya dengan besaran serupa pada Agustus, September, Oktober atau November nanti.
"Ini bisa menjadi umpan balik positif," jelasnya.
"Semakin banyak penurunan suku bunga dapat mendorong pertumbuhan yang lebih besar dan mata uang akan terus menguat didukung oleh arus modal masuk yang positif, sehingga Anda akan melihat keuntungan dari obligasi."
Menurut Dai, sikap dovish Federal Reserve akan meningkatkan daya tarik aset-aset di pasar negara berkembang dan akan memungkinkan BI untuk menurunkan suku bunga tanpa harus mengkhawatirkan capital outflow.
Dai juga merekomendasikan investor untuk membeli obligasi Indonesia untuk mendapat keuntungan tambahan dari apresiasi mata uang. "Dollar akan melemah hingga akhir tahun ini. Kami pikir pertumbuhan global akan turun dan pendapatan global akan mengejutkan pada sisi negatifnya."
"Indonesia tidak terlalu terpengaruh oleh ketegangan perdagangan karena ekonominya didorong oleh konsumsi domestik."