Sumber: Kompas.com | Editor: Anna Suci Perwitasari
Kondisi darurat ini diperkirakan akan berlangsung selama 1 bulan. Namun situasi ini berbeda dengan lockdown yang diterapkan banyak negara lainnya.
Jepang menerapkannya tanpa hukum formal, sehingga tidak ada hukuman bagi mereka yang mengabaikan aturan. Meski begitu mayoritas warga terlihat memberi dukungan pada langkah yang ditempuh pemerintah.
Dalam sebuah survei yang dilakukan stasiun TV TBS akhir pekan lalu, 80% responden mengaku setuju penerapan darurat nasional.
Pemerintah Negeri Sakura sendiri telah memperingatkan adanya lonjakan kasus, dengan Tokyo melaporkan tambahan 143 kasus baru pada Minggu (5/4). Kemudian di Jepang secara keseluruhan terdapat 3.906 kasus virus corona hingga Selasa (7/4), berdaarkan data dari Worldometers. Korban meninggal 92 orang dan yang sembuh 592 pasien.
Baca Juga: Gara-gara corona, nyaris setengah juta perusahaan di China gulung tikar
Para dokter di ibu kota pekan ini juga memperingatkan bahwa kota itu sudah dalam "kondisi kritis", dengan kapasitas rumah sakit yang kian menipis.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike yang telah mendorong deklarasi darurat nasional, pada Selasa mendesak warga untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam membatasi pergerakan.
"Ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi saya menyerukan kerja sama pada semua orang karena nyawa dipertaruhkan," ungkapnya dikutip dari AFP.