kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Negara miskin diprediksi akan terlambat menerima vaksin corona


Rabu, 02 September 2020 / 14:26 WIB
Negara miskin diprediksi akan terlambat menerima vaksin corona
ILUSTRASI. Vaksin Sinovac dari China merupakan salah satu vaksin paling potensial yang mampu mengalahkan virus corona.


Sumber: AFP | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON D.C. Negara-negara miskin di dunia saat ini mengalami kesulitan yang berlipat ganda sejak pandemi Covid-19 menyerang. Keterbatasan fasilitas kesehatan jelas jadi masalah utama yang dialami.

Belum cukup sampai di situ, negera-negara miskin ini nantinya masih harus berjuang untuk bisa mendapatkan pasokan vaksin dari uluran tangan negara tetangga yang lebih beruntung secara ekonomi.

Richard Hatchett, kepala Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), dengan terbuka mengakui kekhawatirannya terhadap distribusi vaksin yang mungkin akan sulit merata, terutama ke negara miskin.

Hatchett bertanggungjawab untuk memastikan vaksin virus corona bisa dibagikan secara adil dan merata ke seluruh dunia. Di sisi lain, negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa saat ini mengatakan akan fokus pada negaranya sendiri saja.

Baca Juga: WHO tegaskan vaksin Covid-19 barang umum milik publik

Melansir AFP, negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jepang, dan negara Uni Eropa telah memesan hingga 3,1 miliar dosis vaksin corona.

Bahkan Presiden AS Donald Trump telah menandatangani kontrak yang menjamin ketersediaan 800 juta dosis vaksin dari 6 produsen yang berbeda. Padahal, populasi di AS hanya sekitar 330 juta jiwa saja.

"AS berpotensi memasuki situasi kelebihan pasokan jika semua vaksin yang mereka pesan benar-benar tersedia," ungkap Hatchett seperti dikutip dari AFP.

Hatchett memahami betul bahwa AS memprioritaskan warganya untuk mendapatkan vaksin dengan cepat dan adil, tapi ia berharap bahwa AS bisa sedikit lebih berbaik hati untuk mau berbagi dosis ke negara lain yang mengalami kesulitan ekonomi.

"Apa yang ingin kami sampaikan ke para pemimpin dunia adalah bahwa vaksin ini yang jumlahnya terbatas ini perlu dibagikan secara global. Seharusnya tidak ada segelintir negara yang menguasai vaksin pada paruh pertama tahun 2021," ungkap Hatchett.

Baca Juga: Sebanyak 500 subjek uji klinis telah disuntik vaksin corona buatan Sinovac




TERBARU

[X]
×