Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - DW. Anak-anak dari kalangan berpunya ini mengenakan pakaian bermerek buatan AS dan beraksi memamerkannya di sosial media. Jutaan orang Iran lainnya pun ikut-ikutan membeli barang bermerek palsu supaya bisa ikut tren.
Pasar tua Grand Bazaar di kota Teheran dianggap sebagai jantung ekonomi Iran. Di satu sudut di pasar ini orang bisa metemukan tempat yang menjual logo barang-barang bermerek. Logo-logo ini dijual per kilo.
Merek-merek palsu yang dijual adalah keluaran barat dan terkenal mahal seperti Louis Vuitton, Gucci, Chanel, Lee, Nike and Co. Permintaan akan barang glamor palsu sangat bagus di sini.
Baca Juga: Harga minyak dunia naik lebih 1% setelah AS menembak drone Iran
Sementara toko Nike di Pusat Perbelanjaan Sana di Teheran Utara menjual barang-barang asli. "Barang-barang kami langsung berasal dari luar negeri, misalnya dari Dubai," kata seorang penjual bernama Mehdi dalam percakapan telepon dengan DW dari Teheran.
Para pelanggannya sungguh menjanjikan dan mampu membayar barang-barang belanjaan mereka. "Pelanggan kami telah berkeliling dunia dan dapat mengenali barang-barang asli dalam sekejap," ujar Mehdi.
Produk barat untuk yang berpunya
Sana Shopping Centre adalah satu dari beberapa pusat perbelanjaan yang baru dibangun di Teheran utara. Di sini, di kaki Pegunungan Elburs, dahulu tumbuh berbagai kebun buah yang subur. Saat itu para raja pun pernah memiliki istana di sini.
Baca Juga: Arah harga minyak masih akan dipengaruhi kelanjutan konflik AS-Iran
Hari ini, daerah yang sama dihuni para pejabat dan politisi revolusi Islam. Tetangga mereka sebagian besar adalah pengusaha kaya yang memiliki koneksi bagus dengan pihak penguasa. Bukan rahasia lagi kalau ekonomi Iran menderita akibat korupsi dan nepotisme.
Meski terkena sanksi ekonomi dari Amerika, para pelanggan berduit tetap bisa menemukan segala macam barang, termasuk produk asli dengan cap "Made in USA."