Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
Kakek buyutnya dulu memimpin revolusi dan menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang miskin dan kurang beruntung. Namun sampai sekarang orang-orang itu tetap juga hidup menderita di bawah tekanan sanksi AS.
Tumbuhnya ketimpangan
Di negara ini kesenjangan antara kaum miskin dan kaya terus melebar. Dari 81 juta orang Iran, hanya dua juta atau sekitar 2,5 persen yang dikategorikan sebagai kelompok berpenghasilan tinggi. Satu keluarga yang beranggota empat orang dalam kategori ini setidaknya hidup dari penghasilan 1300 euro (Rp 20,6juta) per bulan, menurut statistik yang dirilis sebelum krisis ekonomi di Iran.
Di atas kelompok ini ada segelintir orang-orang yang menerima bayaran dalam mata uang dolar dan euro. Mereka pun tidak ragu menyembunyikan kekayaannya. Utamanya, mereka gemar sekali pamer di jejaring media sosial.
Baca Juga: Bill Gates: Kesalahan terbesar saya adalah kalah dari Android
Akun Instagram "Rich Kids of Tehran" kini punya 146.000 pengikut. Yang dipajang di sana adalah foto-foto anak muda yang cantik dan kaya dengan pakaian mahal dan mewah di vila-vila yang megah.
Gaya hidup para anak muda elit ini adalah impian banyak anak muda Iran. Namun kebanyakan rakyat jelata hanya mampu membeli barang bermerek palsu atau pakaian dari Grand Bazaar di Teheran yang kemudian dikirim ke seluruh penjuru negeri.