Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Dampak kesepakatan itu akan membuat pembelian barang pertanian AS oleh China akan meningkat menjadi US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar per tahun selama dua tahun ke depan.
Amerika Serikat mengekspor sekitar US$ 24 miliar dalam produk pertanian ke China pada 2017, setahun penuh terakhir sebelum dua negara ekonomi terbesar di dunia meluncurkan perang tarif barang satu sama lain pada Juli 2018.
Kedelai merupakan produk pertanian AS terbesar yang dikirim ke China pada 2017, dengan muatan senilai US$ 12 miliar. China mengatakan akan membeli lebih banyak biji-bijian dari Amerika Serikat sebagai bagian dari kesepakatan.
Baca Juga: Airlangga sebut perbaikan defisit neraca dagang Indonesia butuh waktu
Sementara delegasi perdagangan China telah menyatakan optimisme tentang kesepakatan itu, beberapa pejabat pemerintah berhati-hati.
"(Kesepakatan) adalah pencapaian bertahap, dan tidak berarti bahwa sengketa perdagangan diselesaikan sekali dan untuk semua," kata seorang sumber di Beijing. Sumber itu mengatakan menandatangani dan menerapkan pakta tetap menjadi prioritas utama untuk sukses.
Beberapa pejabat China mengatakan kepada Reuters kata-kata dari perjanjian itu tetap merupakan masalah yang rumit dan perhatian diperlukan untuk memastikan ekspresi yang digunakan dalam teks tidak meningkatkan kembali ketegangan dan memperdalam perbedaan.
China menghadapi tekanan besar untuk memenuhi kesepakatan fase satu, kata Shi Yinhong, seorang profesor di Universitas Renmin dan penasihat kabinet.
Baca Juga: Defisit neraca perdagangan menekan nilai tukar rupiah
Shi menyarankan impor beberapa barang pertanian AS seperti kedelai akan jauh di atas permintaan China. "Trump juga akan memaksa China untuk membeli banyak energi dan produk manufaktur AS pada tahap ini atau tahap berikutnya," kata Shi dalam sebuah forum di Beijing, Senin.
“Lihatlah Trump dan Lighthizer, mereka sangat senang. Tetapi pemerintah kami hanya melaporkan fakta, kami tidak bersorak. ”