Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – KATHMANDU. Tentara Nepal melanjutkan pembicaraan dengan kelompok demonstran muda “Generasi Z” untuk menentukan pemimpin interim, menyusul gelombang protes besar-besaran yang menewaskan 30 orang dan memaksa perdana menteri mundur.
Situasi di Kathmandu berangsur tenang dengan patroli tentara, setelah kerusuhan terburuk dalam beberapa dekade akibat larangan media sosial.
Baca Juga: Protes Gen Z Paksa PM Nepal Mundur, Negosiasi Pemimpin Baru Dimulai
Kebijakan itu telah dicabut pemerintah setelah menimbulkan 19 korban jiwa dalam bentrokan antara aparat dan massa.
Sushila Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung sekaligus perempuan pertama yang pernah menjabat posisi itu pada 2016, muncul sebagai kandidat terkuat. Banyak pemimpin demonstrasi mengusulkan namanya.
“Kami melihat Sushila Karki apa adanya jujur, berani, dan tak tergoyahkan. Dia pilihan yang tepat,” ujar Sujit Kumar Jha, salah satu pendukung aksi kepada Reuters pada Kamis (11/9/2025).
Karki (73) dikabarkan telah menyatakan kesediaannya, meski masih dicari jalur konstitusional untuk pengangkatannya. Namun, terdapat perbedaan pandangan di antara kelompok demonstran mengenai pencalonannya.
Hingga Kamis, korban meninggal akibat protes meningkat menjadi 30 orang, sementara 1.033 orang lainnya luka-luka, menurut Kementerian Kesehatan Nepal.
Baca Juga: Bandara Internasional Tribhuvan Nepal Ditutup, Ribuan Penumpang Terlantar
Dikenal sebagai “protes Gen Z”, aksi tersebut didominasi anak muda yang menuntut pemerintah serius memberantas korupsi dan memperbaiki kesempatan ekonomi.
Dalam kerusuhan, gedung pemerintah, rumah menteri, hingga properti swasta termasuk Hotel Hilton di Kathmandu dan beberapa hotel di Pokhara ikut dibakar massa.
Tentara menyatakan perintah jam malam di Kathmandu dan sekitarnya tetap berlaku sebagian besar hari, meski layanan penting sudah mulai berjalan. Bandara internasional tetap beroperasi normal.