Reporter: Diba Amalia Haritz | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Royal Dutch Shell Plc mengatakan kondisi gawat darurat pada persediaan di pabrik gas alam cair Nigeria. Kondisi tersebut disebabkan karena adanya kebocoran, yang akan berpotensi memperburuk penurunan eskpor bagi negara OPEC.
"Pipa dalam pabrik tersebut telah di tutup sebagai upaya investigasi untuk mencari penyebab kebocoran dan perbaikan pipa," ujar Natasha Obank, juru bicara Shell seperti dikutip dari Bloomberg.
Kebocoran pipa terjadi di Eastern Gas Gathering System atau EGGS-1. Pipa tersebut merupakan penyalur gas dalam jumlah yang besar kepada pabrik Nigeria LNG (Liquid Natural Gas) di Pulau Bonny. Pihak Shell mengungkapkan, beberapa pasokan lain juga dialirkan melalui pipa-pipa yang lainnya.
Menteri Sumberdaya Petroleum Nigeria, Emmanuel Kachikwu mengatakan, pemerintah Nigeria telah mengupayakan uang tebusan kepada mantan militan dan mengupayakan untuk melakukan diskusi agar para militan tidak menyerang kembali infrastruktur pipa di Niger Delta.
Wilayah tersebut merupakan wilayah yang kaya akan minyak namun produksi minyaknya telah tersungkur hampir 30 tahun. Output yang dihasilkan pun hanya sampai 1,4 juta barrel per hari.
Pengurangan ekspor gas alam cair akan berdampak buruk bagi negara yang telah terkena dampak dari rendahnya harga minyak dan tengah dirundung konflik akibat serangan militan. Pabrik Nigeria LNG telah diupayakan agar menambah kapasitasnya untuk menghasilkan 22 juta metrik ton bahan bakar cair per tahun.
Jumlah tersebut merupakan 7% dari cadangan gas alam cair dunia. Selain itu Nigeria LNG juga tengah diupayakan untuk untuk memiliki kapasitas yang dapat menghasilkan 5 juta ton gas alam cair.