Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - LONDON. Perusahaan farmasi asal Swiss, Novartis berkomitmen untuk terus memproduksi obat-obatan malaria dan kusta, meskipun menghadapi ketidakpastian pesanan akibat krisis pendanaan global untuk sektor kesehatan.
Novartis setiap tahunnya memproduksi sekitar 28 juta dosis pengobatan malaria yang sebagian besar dijual dengan harga tanpa laba (not-for-profit) kepada negara-negara dan organisasi internasional seperti President's Malaria Initiative (PMI), program bantuan kesehatan pemerintah Amerika Serikat. Namun, masa depan program ini tak jelas karena pemangkasan besar-besaran anggaran bantuan internasional oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Meskipun demikian, PMI sempat mendapatkan pengecualian untuk beberapa kegiatan awal tahun ini karena manfaatnya yang menyelamatkan nyawa.
"Kami tidak akan hanya memproduksi berdasarkan permintaan, karena kami tahu obat-obatan ini sangat dibutuhkan, dan kami harus kreatif mencari cara menyalurkannya dari pabrik ke pasien," ujar Presiden Global Health Novartis, Dr. Lutz Hegemann, dalam wawancara dengan Reuters di London.
Baca Juga: Kerja Sama Indonesia-Jerman untuk Perkuat Penanggulangan TBC & Malaria di Indonesia
Sebelumnya tahun ini, salah satu kontraktor PMI sempat membatalkan pesanan karena mendapat perintah penghentian kerja dari pemerintah AS. Namun, hanya sebulan kemudian, kontraktor tersebut memperoleh pengecualian dan kembali meminta produksi dilanjutkan.
“Kami tidak bisa beroperasi secara real-time seperti itu. Kami tetap berkomitmen pada volume produksi kami,” tambah Hegemann. Komitmen serupa juga berlaku untuk obat kusta, yang disumbangkan Novartis dalam jumlah lebih kecil melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Saat ini, pembeli terbesar obat antimalaria Novartis adalah Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria. Meskipun belum terdampak pemotongan anggaran, lembaga tersebut sedang menjalani penggalangan dana di tengah situasi ekonomi global yang sulit.
Dalam kesempatan yang sama, Hegemann menyerukan agar industri farmasi mengambil peran lebih aktif di tengah penarikan dukungan pendanaan dari pemerintah-pemerintah besar seperti AS, Inggris, dan Prancis. Ia mendorong model kemitraan publik-swasta sebagai solusi jangka panjang, terutama dengan pemerintah negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Baca Juga: 30 Ucapan Hari Malaria Sedunia untuk Peringati World Malaria Day 2025
“Saya rasa akan menjadi kesempatan yang terlewatkan jika kita hanya mencoba menambal kekosongan akibat pemotongan dana negara donor. Kita perlu melangkah lebih jauh,” ujar Hegemann.
Novartis akan menginvestasikan hampir dua kali lipat dari komitmen awalnya untuk riset dan pengembangan penyakit malaria dan penyakit tropis terabaikan. Hingga akhir 2025, perusahaan ini menggelontorkan dana sebesar US$ 490 juta, jauh di atas komitmen awal sebesar US$ 250 juta.
Produk-produk yang tengah dikembangkan termasuk antivirus untuk demam berdarah, pengobatan baru untuk penyakit leishmaniasis dan penyakit Chagas, serta pengobatan malaria pertama untuk bayi baru lahir.