Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan November yang secara historis kerap menjadi periode bullish bagi Bitcoin (BTC), kali ini mungkin tidak akan menjadi “penyelamat” pasar kripto.
Sejumlah analis memperingatkan bahwa pergerakan harga Bitcoin berpotensi bergerak sideways atau melemah, di tengah ketidakpastian kebijakan moneter Amerika Serikat.
Menurut laporan pasar Bitfinex pada Selasa (11/11/2025), kondisi makroekonomi global saat ini menunjukkan kebijakan moneter yang cenderung longgar, namun dibayangi oleh komunikasi yang tidak konsisten dari Federal Reserve (The Fed).
“Kondisi makro saat ini mendukung fase konsolidasi yang diperlukan untuk stabilisasi pasar sebelum volatilitas meningkat kembali,” tulis analis Bitfinex dalam laporan tersebut.
Baca Juga: Ramalan Robert Kiyosaki: Bitcoin Akan Naik ke US$ 250.000, Tapi Hati-Hati Crash Besar
Para analis juga mencatat bahwa Ketua The Fed Jerome Powell “menunjukkan ketidakpastian” terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bank sentral AS bulan Desember mendatang.
Peluang Pemangkasan Suku Bunga The Fed Turun ke Bawah 70%
Selama dua bulan terakhir, peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed berkisar di angka 90% atau lebih tinggi. Namun, berdasarkan data CME FedWatch Tool, kini pasar hanya memperkirakan 67,9% kemungkinan terjadinya pemangkasan pada 10 Desember 2025.
Secara umum, pemangkasan suku bunga The Fed dianggap positif bagi aset kripto, karena investor cenderung beralih dari aset berisiko rendah seperti deposito dan obligasi ke aset dengan potensi imbal hasil lebih tinggi seperti kripto.
Namun, jika The Fed memberi sinyal penundaan atau penghentian pemangkasan suku bunga, pasar kripto bisa tertekan, karena ekspektasi investor terhadap stimulus moneter akan berkurang.
Keyakinan Investor Mulai Melemah
Dalam laporan yang sama, analis Bitfinex menilai bahwa optimisme investor Bitcoin mulai berkurang, terutama jika harga gagal kembali menembus level US$116.000.
“Para investor mulai menunjukkan tanda-tanda kehilangan keyakinan,” tulis laporan tersebut, mengacu pada meningkatnya aksi jual dari pemegang jangka panjang.
“Kecuali harga mampu pulih secara tegas di atas kisaran tersebut, waktu akan menjadi hambatan bagi para bull,” lanjut laporan tersebut.
Berdasarkan data CoinMarketCap, harga Bitcoin saat ini berada di sekitar US$103.000, turun hampir 3% dalam 24 jam terakhir.
Secara Historis, November Adalah Bulan Terkuat Bitcoin
Meski begitu, sejumlah analis tetap optimistis. Berdasarkan data CoinGlass, sejak 2013 Bitcoin rata-rata mencatat kenaikan 41,78% setiap bulan November, menjadikannya bulan paling kuat dalam setahun bagi aset kripto terbesar itu.
Baca Juga: Trump Media Rugi US$54,8 Juta pada Kuartal III-2025 Meski Punya 11.542 Bitcoin
Trader kripto Dave Weisberger mengatakan bahwa fundamental Bitcoin tetap solid.
“Konteks saat ini sangat konstruktif dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Kita berada di bagian bawah, bukan di puncak rentang harga, dibandingkan dengan aset keuangan lainnya,” ujarnya.
Sementara itu, analis kripto Carl Runefelt dalam unggahan di platform X pada Selasa menulis, “November akan kembali hijau bagi Bitcoin dalam waktu dekat. Lilin hijau besar akan segera muncul.”
Trader AshCrypto juga menambahkan bahwa ia masih mempertahankan pandangan bullish, meskipun harga belum menunjukkan pemulihan signifikan sejak Bitcoin mencetak rekor tertinggi baru di US$125.100 pada awal Oktober, sebelum pasar kripto kehilangan sekitar US$19 miliar dari posisi leverage akibat crash 10 Oktober.













