Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI – Defisit perdagangan barang India pada November mencatat rekor tertinggi, didorong oleh lonjakan impor emas, sementara ekspor menurun akibat melemahnya permintaan global.
Data Kementerian Perdagangan yang dirilis Senin (16/12) menunjukkan defisit perdagangan mencapai US$ 37,84 miliar, jauh melampaui perkiraan ekonom sebesar US$ 23,9 miliar menurut survei Reuters.
Angka ini juga meningkat dibandingkan defisit pada Oktober yang tercatat US$ 27,14 miliar.
Baca Juga: Bayang-Bayang Defisit Neraca Dagang Pangan
Kesenjangan perdagangan yang lebih besar ini diperkirakan akan memperlebar defisit transaksi berjalan India dan menambah tekanan terhadap rupee, yang ditutup pada rekor terendah pada hari yang sama.
Pada November, ekspor barang India turun 4,9% secara tahunan menjadi US$ 32,11 miliar, sementara impor melonjak lebih dari 27% menjadi US$ 69,95 miliar.
Impor Melonjak
Impor emas menjadi penyebab utama defisit yang membengkak, dengan nilai mencapai rekor US$ 14,8 miliar pada November, lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan US$ 7,13 miliar pada Oktober.
Penurunan harga emas global pada November mendorong para importir meningkatkan persediaan untuk memenuhi permintaan yang meningkat.
"Impor emas menjadi faktor utama yang menyebabkan lonjakan defisit perdagangan, dengan kenaikan hampir 50% sepanjang tahun dibandingkan tahun lalu," kata Madhavi Arora, Kepala Ekonom di Emkay Global Financial Services.
Baca Juga: Defisit Neraca Perdagangan Pangan Meningkat, Ekonom Sarankan Pengurangan Impor
Arora menambahkan bahwa baik permintaan konsumsi maupun investasi emas telah meningkat, didukung oleh kenaikan harga emas global secara signifikan tahun ini dibandingkan 2023.
Pejabat kementerian perdagangan menyebutkan bahwa penurunan tarif impor emas dari 15% menjadi 6% pada Juli 2024, permintaan selama musim festival dan pernikahan, serta tingginya imbal hasil investasi emas, menjadi pendorong utama kenaikan impor.
Ekspor Turun
Ekspor barang India juga menurun dibandingkan bulan sebelumnya, dari US$ 39,2 miliar pada Oktober.
Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah global, menurut Sekretaris Perdagangan Sunil Barthwal.
Sementara impor minyak mentah pada November naik 7,9% secara tahunan menjadi US$ 16,1 miliar karena permintaan domestik, ekspor produk minyak bumi justru merosot hampir 50% menjadi US$ 3,7 miliar.
Meski ekspor barang melemah, Barthwal optimistis terhadap prospek ekspor nonmigas dan jasa untuk empat bulan ke depan. Pemerintah menargetkan total ekspor melampaui US$ 800 miliar pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2025, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan US$ 776,68 miliar pada tahun fiskal sebelumnya.
Baca Juga: Neraca Dagang RI pada November 2024 Surplus US$ 4,42 Miliar
"Kami memfokuskan ekspor ke 20 negara dengan potensi tinggi, serta enam sektor manufaktur dan enam sektor jasa yang memiliki potensi besar untuk promosi ekspor," tambah Barthwal.
Secara keseluruhan, ekspor barang dan jasa India pada November diperkirakan mencapai US$ 67,79 miliar, sementara impor mencapai US$ 87,63 miliar, lebih tinggi dibandingkan Oktober yang mencatat ekspor US$ 73,21 miliar dan impor US$ 83,33 miliar.