Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SAN FRANCISCO. Nvidia mengumumkan akan menginvestasikan US$5 miliar ke Intel pada Kamis (18/9/2025), langkah besar yang memberikan dukungan pada raksasa chip AS yang tengah berjuang melakukan turnaround setelah bertahun-tahun kehilangan momentum.
Dengan suntikan modal ini, Nvidia akan langsung menjadi salah satu pemegang saham terbesar Intel, menguasai sekitar 4% saham setelah penerbitan saham baru rampung.
Kabar ini langsung memicu lonjakan harga saham Intel hingga 30% dalam perdagangan premarket.
Baca Juga: China Tutup Pintu Bagi Nvidia, Apa yang Terjadi?
Intel Dapat Dukungan Strategis
Kesepakatan ini datang hanya beberapa pekan setelah pemerintah AS mengambil langkah luar biasa dengan membeli 10% saham Intel senilai US$5,7 miliar.
Intel juga baru memperoleh investasi US$2 miliar dari Softbank.
CEO baru Intel, Lip-Bu Tan, yang ditunjuk pada Maret lalu, berada dalam sorotan politik setelah Presiden Donald Trump sempat mendesak agar ia mundur karena isu kedekatannya dengan China.
Namun, pertemuan darurat di Washington menghasilkan skema kepemilikan AS dan kini diperkuat dukungan Nvidia.
Baca Juga: Inggris–AS Teken Pakta Teknologi Rp694 Triliun, Microsoft dan Nvidia Pimpin Investasi
Kolaborasi Chip AI dan PC
Dalam kerja sama terbaru, Intel dan Nvidia akan mengembangkan chip untuk pusat data (data center) dan PC.
Intel akan merancang prosesor pusat (CPU) khusus untuk data center, yang kemudian dikombinasikan dengan chip GPU Nvidia.
Teknologi proprietary Nvidia akan memungkinkan CPU Intel dan GPU Nvidia berkomunikasi lebih cepat faktor penting dalam komputasi AI yang memerlukan banyak chip terhubung sekaligus.
Untuk pasar konsumen, Nvidia akan memasok chip grafis khusus yang akan dipaketkan dengan prosesor PC Intel.
Kesepakatan ini dinilai bisa menjadi tantangan besar bagi AMD dan Broadcom, yang juga tengah mengembangkan teknologi server AI dan koneksi antar-chip.
Baca Juga: Regulator China Ungkap Dugaan Pelanggaran Monopoli Nvidia
Dampak Pasar dan Politik
Saham Nvidia naik 3%, sementara AMD turun hampir 4% dan TSMC terkoreksi 2%. Investor menilai langkah ini bukan sekadar bisnis, tapi juga strategi politik.
“Bagi Nvidia, dampak finansial mungkin kecil, tapi nilai politiknya besar karena selaras dengan kebijakan AS. Ini bisa membantu melonggarkan restriksi penjualan chip ke China,” ujar Matt Britzman, analis ekuitas senior Hargreaves Lansdown.
CEO Nvidia Jensen Huang menyebut kolaborasi ini sebagai “fusi dua platform kelas dunia” yang akan memperluas ekosistem x86 Intel dengan tumpukan komputasi AI Nvidia, sekaligus meletakkan dasar bagi era komputasi berikutnya.
Intel menegaskan tidak akan membangun kapasitas pabrik baru tanpa ada permintaan yang nyata, sementara Nvidia tetap melanjutkan strategi diversifikasi sambil menjaga hubungan baik dengan pemerintah AS.