Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inggris dan Amerika Serikat resmi menandatangani pakta teknologi baru untuk mempererat kolaborasi di bidang kecerdasan buatan (AI), komputasi kuantum, dan energi nuklir sipil.
Kesepakatan yang disebut “Tech Prosperity Deal” ini diumumkan bersamaan dengan kunjungan kenegaraan kedua Presiden AS Donald Trump ke Inggris, yang akan disertai jamuan resmi di Windsor Castle oleh Raja Charles dan keluarga kerajaan.
Pemerintah Inggris menyatakan pakta ini mencakup pengembangan model AI untuk sektor kesehatan, perluasan kapasitas komputasi kuantum, serta percepatan proyek energi nuklir sipil.
Kolaborasi tersebut diyakini akan mendukung pertumbuhan ekonomi, memperkuat riset ilmiah, sekaligus meningkatkan ketahanan energi di kedua negara.
Starmer Cari Pertumbuhan Ekonomi Baru
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyambut baik kesepakatan tersebut dan menegaskan potensi besar kerja sama ini dalam “membentuk masa depan jutaan orang di kedua sisi Atlantik.”
Baca Juga: AS dan Inggris Siap Teken Kesepakatan Teknologi Bersejarah Saat Kunjungan Trump
Starmer, yang tengah menghadapi tekanan untuk menghidupkan kembali ekonomi Inggris setelah bertahun-tahun pertumbuhan lemah, berusaha menjadikan negaranya sebagai destinasi utama investasi teknologi.
Salah satu caranya adalah dengan mengadopsi regulasi ringan ala Amerika Serikat, terutama dalam bidang AI, sebagai tandingan pendekatan intervensif Uni Eropa.
Meski pemerintahan Trump kerap mengkritik aturan pajak digital dan regulasi keamanan online di Eropa, isu-isu tersebut tidak masuk dalam pembahasan pakta teknologi terbaru ini.
Microsoft dan Nvidia Jadi Motor Utama
Dalam rangkaian kesepakatan investasi, sejumlah raksasa teknologi AS mengumumkan komitmen besar mereka untuk Inggris:
-
Microsoft berjanji menggelontorkan investasi sebesar £22 miliar (sekitar Rp493 triliun) untuk memperluas infrastruktur cloud dan AI, termasuk pembangunan superkomputer AI terbesar Inggris di Loughton, timur laut London.
-
CEO Satya Nadella menegaskan, Amerika ingin tetap menjadi mitra teknologi tepercaya bagi Inggris.
-
Presiden Microsoft, Brad Smith, menambahkan hubungan kedua pihak membaik sejak otoritas antitrust Inggris mencabut keberatan terhadap akuisisi Activision Blizzard.
-
-
Nvidia akan menanamkan investasi besar dengan 120.000 GPU di seluruh Inggris, menjadi implementasi terbesar perusahaan di Eropa.
-
Termasuk di dalamnya deployment hingga 60.000 chip Grace Blackwell Ultra bersama perusahaan Inggris Nscale, yang akan bekerja sama dengan OpenAI dan Microsoft dalam proyek superkomputer Stargate.
-
Wakil Presiden Nvidia, David Hogan, menyebut langkah ini akan menjadikan Inggris “AI maker, bukan AI taker.”
-
-
Google mengumumkan investasi sebesar £5 miliar (sekitar Rp112 triliun), termasuk pembangunan pusat data baru di Waltham Cross serta penguatan riset AI lewat proyek DeepMind.
-
CoreWeave, perusahaan cloud computing, menambah investasi sebesar £1,5 miliar (sekitar Rp33,6 triliun) untuk membangun pusat data hemat energi bersama perusahaan Skotlandia DataVita, sehingga total komitmen mereka di Inggris mencapai £2,5 miliar (sekitar Rp56 triliun).
Baca Juga: Inggris–AS Sepakati Kerja Sama Nuklir di Era Trump–Starmer
Selain itu, sejumlah perusahaan lain seperti Salesforce, Scale AI, BlackRock, Oracle, Amazon Web Services, hingga AI Pathfinder juga mengumumkan investasi mulai dari ratusan juta hingga miliaran poundsterling.
Dampak Ekonomi dan Strategis
Dengan total investasi mencapai £31 miliar atau sekitar Rp694 triliun (kurs £1 = Rp22.410), kesepakatan ini dipandang sebagai dorongan signifikan bagi ekonomi Inggris, sekaligus memperkokoh posisinya sebagai hub teknologi global.
Kerja sama ini juga mempertegas hubungan ekonomi antara kedua negara, dengan AS tetap menjadi mitra dagang tunggal terbesar Inggris. Di saat bersamaan, langkah ini memberi sinyal kuat bahwa Inggris ingin memosisikan diri sebagai pusat inovasi AI dan teknologi kuantum dunia, di tengah kompetisi ketat dengan Uni Eropa dan Asia.