kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.660.000   -10.000   -0,60%
  • USD/IDR 16.280   55,00   0,34%
  • IDX 6.743   -132,96   -1,93%
  • KOMPAS100 996   -6,22   -0,62%
  • LQ45 785   7,24   0,93%
  • ISSI 204   -4,64   -2,22%
  • IDX30 407   4,40   1,09%
  • IDXHIDIV20 490   7,18   1,49%
  • IDX80 114   0,52   0,46%
  • IDXV30 118   0,81   0,69%
  • IDXQ30 135   1,91   1,44%

OECD: Pertumbuhan negara maju 2,2% di kuartal I


Rabu, 12 Maret 2014 / 13:55 WIB
OECD: Pertumbuhan negara maju 2,2% di kuartal I
Berpartisipasi Dalam Trade Expo Indonesia 2022, HIPMI Jaya Bantu Pengusaha Muda Untuk Ekspor.


Sumber: Forbes | Editor: Sanny Cicilia

LONDON. Organization for Economic Cooperation (OECD), lembaga think tank negara kaya kembali membawa ramalan terhadap potensi pertumbuhan ekonomi dunia.

Menurut OECD. Ini merupakan momentum bagi negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), negara-negara Eropa dan Inggris. Namun, sebagian negara berkembang justru menunjukkan pelambatan laju ekonomi.

Proyeksi OECD, pertumbuhan ekonomi negara G7 di kuartal I tahun ini sebesar 2,2%, lalu turun menjadi 2% di kuartal II, dipicu pelemahan ekonomi Jepang.

Menurut OECD, pemulihan negara maju dihantui volatilitas negara berkembang. Volatilitas terjadi akibat penyesuaian kebijakan moneter di negara besar, terutama upaya pengurangan stimulus yang dilakukan bank sentral Amerika, Federal Reserve. 

Pengurangan stimulus menyebabkan arus keluar dana asing dari negara berkembang. Brasil dan Truki mengalami pelemahan kurs yang cukup besar terhadap dollar AS lantaran adanya tappering quantitative easing ini.

Di sisi lain, beberapa negara dengan perekonomian terbesar seperti Jepang dan China masih membawa risiko pelambatan dan bisa berimbas pada negara maju.

Jepang misalnya, diramal OECD akan mengalami kontraksi ekonomi di kuartal II, setelah Perdana Menteri Shinzo Abe menaikkan pajak di bulan April menjadi 8%. Begitu pula China akan mengalami pelambatan dipicu neraca keuangannya.

Pelambatan ekonomi di sebagian negara ini akan berimbas pada negara lainnya, terutama negara maju, yang menjual barang dan jasa pada pasar-pasar ini. Alhasil, pemulihan negara-negara yang belum mantap seperti Eropa bisa ikut terseret. 

"Kami merekomendasikan Amerika Serikat mengurangi stimulus secara bertahap dan menyertakan komunikasi yang lebih baik untuk menghindari masalah. Ini semua akan bergantung pada respon kebijakan moenter di negara berkembang," kata Rintaro Tamaki, Deputy Secretary-General dan Kepala Ekonom OECD. Negara berkembang menyumbang lebih dari setengah perekonomian dunia.

Inilah ramalan OECD terhadap negara maju di kuartal pertama (Januari-Maret) dan kuartal II tahun ini.

  Q1-2014 (%) Q2-2014 (%)
AS 1,7 3,1
Jepang 4,8 (2,9)
Jerman 3,7 2,5
Prancis 0,7 1,0
Italia 0,7 0,1
Inggris 3,3 3,3
Kanada 0,5 2,4
   



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×