kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.826.000   20.000   1,11%
  • USD/IDR 16.565   5,00   0,03%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

OPEC+ Pertimbangkan Menunda Pemulihan Pasokan April


Senin, 17 Februari 2025 / 23:16 WIB
OPEC+ Pertimbangkan Menunda Pemulihan Pasokan April
ILUSTRASI. A 3D printed oil pump jack is seen in front of displayed Opec logo in this illustration picture, April 14, 2020. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Bloomberg | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. OPEC+ mempertimbangkan untuk menunda serangkaian peningkatan pasokan bulanan yang akan dimulai pada April nanti. Hal ini dilakukan ditengah seruan Presiden AS Donald Trump untuk menurunkan harga.

Menurut salah seorang delegasi OPEC+, pasar minyak global masih terlalu rapuh untuk menghidupkan kembali produksi. Walaupun belum ada keputusan resmi terkait hal ini, tetapi saat ini organisasi minyak dunia ini terpecah tentang bagaimana melanjutkannya. Keputusan mungkin akan diselesaikan dalam beberapa minggu mendatang.

Penundaan kenaikan sederhana sebesar 120.000 barel per hari akan menandai keempat kalinya aliansi yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia menunda rencana untuk menghidupkan kembali produksi yang terhenti sejak 2022.

Koalisi saat ini berharap untuk bisa memulihkan total 2,2 juta barel per hari dalam peningkatan bulanan pada akhir 2026. Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada hari Senin bahwa kerangka waktu ini tetap sama dan belum ada diskusi tentang penangguhan.

Baca Juga: Harga Minyak Turun 4 Hari Beruntun Senin (17/2), Brent ke US$74,59 & WTI ke US$70,51

Trump telah mendesak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak untuk memotong harga minyak, seperti yang dilakukannya pada kepemimpinannya yang terdahulu. Namun kenyataannya, saat ini harga US$74 per barel masih terlalu rendah bagi banyak anggota OPEC untuk menutupi pengeluaran pemerintah. Menurut Sekjen OPEC+ keputusannya akan memprioritaskan dampak jangka panjang.

Dalam sebuah laporan minggu lalu, sekretariat OPEC yang berpusat di Wina juga memperingatkan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh tarif perdagangan AS. Langkah-langkah tersebut menambah lebih banyak ketidakpastian ke pasar, yang berpotensi menciptakan ketidakseimbangan pasokan-permintaan yang tidak mencerminkan fundamental pasar, dan karenanya menghasilkan lebih banyak volatilitas.”

Kazakhstan, salah satu dari beberapa anggota aliansi yang lambat menerapkan pemotongan yang disepakati, meyakinkan para pemimpin kelompok itu bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk memenuhi kewajibannya. Menurut Kementerian Energi setempat, Menteri Energi Almassadam Satkaliyev melakukan panggilan telepon dengan Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, dan Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al-Ghais.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) Januari 2025 Melonjak Jadi US$ 76,81 Per Barel

Aliansi OPEC+ pertama kali mengungkap rencananya untuk secara bertahap menghidupkan kembali produksi pada bulan Juni tahun lalu, tetapi dengan melambatnya pertumbuhan permintaan minyak di Tiongkok dan membengkaknya pasokan baru di seluruh Amerika, aliansi tersebut terpaksa menunda peta jalan tersebut sebanyak tiga kali.

Melanjutkan peningkatan tersebut akan mengancam akan membengkaknya surplus minyak yang diantisipasi. Badan Energi Internasional di Paris, jika OPEC+ mempertahankan produksi tidak berubah, pasokan global akan melebihi permintaan tahun ini dengan rata-rata 450.000 barel per hari tahun ini. JPMorgan Chase & Co. dan Citigroup Inc. memperkirakan harga akan turun ke US$60-an sebelum akhir tahun 2025.

“Saya kira Trump tidak akan senang, tetapi OPEC+ pasti benar untuk menahan diri,” kata Neil Atkinson, seorang analis independen dan mantan kepala divisi pasar dan industri minyak IEA. 


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×