kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.407.000   24.000   1,01%
  • USD/IDR 16.596   -23,00   -0,14%
  • IDX 8.128   76,63   0,95%
  • KOMPAS100 1.123   16,94   1,53%
  • LQ45 780   7,81   1,01%
  • ISSI 292   3,07   1,06%
  • IDX30 406   2,31   0,57%
  • IDXHIDIV20 455   0,69   0,15%
  • IDX80 123   1,38   1,13%
  • IDXV30 132   1,66   1,27%
  • IDXQ30 128   0,17   0,14%

Pada Era AI, Eksekutif Global Ungkap Keterampilan yang Penting Dimiliki Manusia


Kamis, 16 Oktober 2025 / 11:42 WIB
Pada Era AI, Eksekutif Global Ungkap Keterampilan yang Penting Dimiliki Manusia
ILUSTRASI. artificial intelligence (AI). Para eksekutif menegaskan bahwa keterampilan paling penting di masa depan bukan sekadar kemampuan mengoperasikan teknologi.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  Ketika kecerdasan buatan (AI) semakin berperan besar dalam dunia kerja, muncul kekhawatiran baru: bagaimana agar manusia tetap punya peran penting di tengah dominasi mesin? 

Banyak kalangan bisnis mendorong konsep “human in the loop” yakni memastikan manusia tetap ikut dalam proses pengambilan keputusan berbasis AI. Namun, sejumlah pemimpin perusahaan menilai, itu saja tidak cukup.

Dalam ajang Fortune’s Most Powerful Women 2025 di Washington D.C., para eksekutif menegaskan bahwa keterampilan paling penting di masa depan bukan sekadar kemampuan mengoperasikan teknologi, melainkan kemampuan mengambil keputusan dengan bijak.

Baca Juga: 8 Keterampilan Wajib Kuasai di Era AI

“Kita belum cukup mendidik orang untuk memiliki kemampuan menilai yang baik,” ujar Aashna Kircher, Group General Manager di Workday seperti dilansir dari Fortune, Kamis (16/10/2025). 

“Dalam tiga hingga lima tahun ke depan, kita perlu memastikan manusia tetap punya kendali dalam mengambil keputusan. Kalau seseorang hanya menekan tombol ‘ya’ tanpa berpikir, berarti mereka tidak benar-benar menggunakan penilaiannya.”

Pandangan serupa disampaikan Katy George, Corporate Vice President for Workplace Transformation di Microsoft. 

Ia menilai, seiring AI makin menyatu dalam pekerjaan sehari-hari, karyawan yang akan bertahan dan berkembang adalah mereka yang mampu menunjukkan penilaian yang tajam.

Baca Juga: Leadership di Era AI: NBO dan LPI Siapkan Generasi Pemimpin Tangguh Indonesia

“Sekarang, kemampuan seperti judgment dan manajemen kerja harus dilatih lebih awal, bahkan sejak awal karier,” kata George. 

“Karyawan akan lebih cepat belajar mendelegasikan tugas ke agen AI, menjaga kualitas, dan berpikir dengan pola desain yang menyeluruh.”

Sementara itu, Bijal Shah, CEO Guild, menyoroti perubahan besar dalam cara manusia memandang pendidikan di era AI. 

Menurutnya, perdebatan soal penting atau tidaknya gelar kuliah kini kurang relevan dibandingkan kualitas kemampuan dasar seseorang.

“Saya sering ditanya, apakah anak saya sebaiknya kuliah atau langsung kerja? Jujur, yang lebih penting adalah memiliki dasar kuat di matematika dan kemampuan membaca yang baik,” ujarnya. 

“Yang dibutuhkan bukan hanya ijazah, tapi kemampuan untuk benar-benar memahami suatu bidang secara mendalam.”

Baca Juga: CEO Nvidia Ungkap Profesi yang Tetap Bertahan di Era AI, Bukan Pekerja Kantoran

Para pemimpin ini sepakat bahwa masa depan pekerjaan akan menuntut kombinasi antara pemikiran kritis, keterampilan eksperimental, dan kemampuan adaptif. George bahkan menggambarkan manajer masa depan sebagai “chief experimentation officer” yang terus memimpin perubahan dan inovasi di timnya.

“Teknologi akan terus berkembang,” tutup George. “Tugas pemimpin adalah memastikan timnya ikut berkembang bersama, menjadi lebih produktif, efektif, dan tetap manusiawi di tengah era AI.”

Selanjutnya: Cara Mengatasi Server YouTube Down Beserta Alasannya, Cek Informasi Lengkapnya yuk

Menarik Dibaca: Cara Mengatasi Server YouTube Down Beserta Alasannya, Cek Informasi Lengkapnya yuk




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×