Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Harga minyak dunia terus tertekan. Hari ini, harga minyak anjlok 5% dan menyentuh titik terendahnya dalam setahun terakhir dan bercokol pada posisi di bawah US$ 82 per barel. Penurunan ini disebabkan adanya kekhawatiran bahwa guncangan di pasar dunia akan menurunkan permintaan minyak. Selain itu, penurunan harga minyak juga disebabkan beredarnya rumor yang mengatakan OPEC akan menunda pertemuan daruratnya pada November mendatang.
Asal tahu saja, kontrak harga minyak mentah AS untuk pengiriman bulan November turun US$ 4,34 atau 5,01% menjadi US$ 82,25 per barel. Jika dihitung, harga minyak saat ini hanya naik 1,3% dibanding dengan tahun lalu.
Sementara minyak jenis London Brent Crude terpangkas US$ 3,62 menjadi US$ 79,04 per barel. Ini merupakan yang pertama kali harga minyak berada pada posisi US$ 80 dalam setahun.
“Penurunan harga minyak disebabkan adanya indikasi bahwa OPEC akan menunda pertemuan luar biasanya pada 18 November mendatang,” jelas David Moore, commodity strategist di Commonwealth Bank of Australia.
Sekadar informasi, OPEC memang pernah mengatakan bahwa pihaknya berencana menunda pertemuan di Wina untuk mendiskusikan tentang dampak krisis finansial di pasar minyak.
Seperti yang diketahui, krisis ekonomi global sudah semakin memprihatinkan. Saham-saham dunia mulai rontok satu per satu. Pada Jumat pagi ini, indeks Nikkei merosot 11%. Sementara, harga yen dan emas meningkat karena para investor melihat belum ada langkah konkret Pemerintah Jepang untuk mengerem perekonomian yang saat ini sudah menuju ke jurang resesi.
Akibatnya, investor pun saat ini lebih memilih investasi yang lebih aman dibanding dengan minyak. Padahal, pada awal tahun, investor banyak yang memburu minyak dan komoditas lain sebagai lindung nilai atas melemahnya nilai dolar. Ini yang kemudian menyebabkan harga minyak turun tajam sebesar US$ 60 dari harga rekor tertinggi pada Juli lalu yang mencapai US$ 147 per barel.
Reuters, Bloomberg