Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Beijing harus mengurangi upaya agresifnya untuk mengubah narasi atas pandemi virus corona dan mengendalikan sentimen nasionalis yang meningkat karena upaya tersebut telah menjadi bumerang dan merusak reputasi internasionalnya.
Dilansir dari South China Morning Post, peringatan ini datang setelah tekanan pada strategi diplomatis China di tengah pandemi corona.
Baca Juga: Wah, China siapkan teknologi 6G untuk dipakai militernya?
Dalam sepekan terakhir, pemerintah Prancis telah memanggil duta besar China setelah kedutaan besar China memposting sebuah artikel yang menyarankan para pekerja di panti jompo Prancis meninggalkan pekerjaan mereka.
Selain itu tuduhan rasialis pun muncul atas laporan pengusiran paksa dan penganiayaan terhadap orang Afrika di Guangzhou.
Sangat jarang bagi pengamat China untuk mengeluarkan peringatan tentang taktik negara mereka, terutama karena China telah mengambil nada yang semakin keras terhadap Amerika Serikat dan sekutu Baratnya dalam dua tahun terakhir.
Tetapi Shi Zhan, Direktur Pusat Politik Dunia di Universitas Hubungan Luar Negeri China mengatakan kebangkitan nasionalisme di antara para diplomat sangat berbahaya mengingat meningkatnya ketidakpercayaan atas China oleh negara-negara Barat.
Baca Juga: Kasus baru melonjak, jumlah positif corona di Singapura salip Malaysia
Dengan resesi global yang mengancam, hilangnya kepercayaan dan kredibilitas jauh lebih berbahaya daripada permintaan luar negeri yang lemah dan hilangnya pesanan manufaktur.
Dia juga mengatakan komentar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian untuk menangkis kesalahan atas masalah kualitas masker dan ekspor medis China lainnya sangat kontraproduktif.
Sebelumnya Zhao mengatakan dalam cuitannya bahwa jika seseorang mengklaim bahwa ekspor China beracun, maka berhentilah mengenakan masker dan APD buatan China.
"Kepada audiensi di luar negeri, Zhao terdengar seperti dia menggunakan pasokan masker sebagai ancaman dan itu langsung menjadi masalah keamanan ketika masker dilihat sebagai senjata," kata Shi.
Baca Juga: WHO: Negara lain akan ikuti China yang merevisi data kematian akibat corona
Dia juga memperingatkan perubahan rantai pasokan global yang akan menimbulkan tantangan besar bagi perekonomian China di tengah kontraksi terbesar dalam beberapa dekade terakhir.
"Jenis-jenis pernyataan yang tidak terkendali ini meningkatkan ketidakpercayaan dan konfrontasi akan lebih banyak merusak sektor manufaktur China daripada virus corona," kata Shi.
Berbicara di sebuah seminar di Beijing, Cheng Tao, mantan utusan Tiongkok untuk Mali dan Maroko juga memperingatkan bahwa meskipun bantuan medis Beijing bermaksud baik, akan ada kritik keras terhadap China dari seluruh dunia, termasuk negara-negara Afrika.
Baca Juga: Tambah 12 kasus, WNI positif corona di luar negeri jadi 406 orang
“Untuk memahami dan mempersiapkan pandangan pedas khususnya terhadap China , kita harus memiliki penilaian yang rasional dan akurat tentang diri kita dan posisi kita di dunia. Sangat penting bagi kita untuk mengetahui batasan kita sendiri,” katanya.