Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - MOSCOW. Rusia membantah tuduhan Amerika Serikat bahwa mereka telah berulang kali melanggar perjanjian mata-mata Open Skies, yang memungkinkan penerbangan pengintaian tidak bersenjata atas negara-negara anggotanya.
Sebaliknya, justru Rusia mengatakan bahwa Washington yang telah melanggar persyaratan pakta tersebut.
Baca Juga: Meski tengah panas, China diklaim siap mengimpor lebih banyak produk pertanian AS
Dilansir dari Reuters, Washington sebelumnya pihaknya akan menarik diri dari perjanjian 35 negara ini dalam waktu enam bulan. Rencana ini menjadi langkah terbaru dari pemerintahan Trump untuk menarik diri dari kesepakatan global dengan sejumlah negara besar lain.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan Washington tidak mengutip fakta apa pun untuk mendukung tuduhan yang diberikan terhadap Rusia.
Dia menggambarkan apa yang dia katakan adalah pelanggaran AS terhadap perjanjian tersebut sebagai "flagrant" dan berjanji untuk memberikan bukti terperinci dari mereka kepada negara-negara anggota lainnya.
Baca Juga: Was-was karena anggaran militer China naik, Jepang tuntut penjelasan
"Kami akan menghabiskan lebih banyak waktu berdialog dengan negara-negara ini untuk menunjukkan mengapa Amerika Serikat berbohong dalam klaimnya bahwa Rusia melanggar perjanjian Open Skies," ujar dia.
"Lalu soal mengapa AS sendiri melanggar perjanjian ini, dan apa yang ditawarkan Rusia ke depan,” kata Ryabkov.
Ketidaksepakatan antara kedua kekuatan besar ini memburuk pada saat Washington mempertimbangkan apakah akan setuju untuk memperpanjang perjanjian START Baru 2019.
Ryabkov mengatakan usulan Washington untuk menarik diri dari perjanjian mata-mata Open Skies mencerminkan keputusan AS untuk menarik diri dari Perjanjian Nuklir Jangka Menengah dengan Rusia pada Agustus 2019.
Baca Juga: Tak cuma di Indonesia, ribuan warga Malaysia juga ngotot mudik meski dilarang
"Runtuhnya perjanjian itu, dalam banyak hal kunci untuk stabilitas strategis, adalah fase lain dalam pembongkaran Amerika terhadap arsitektur keamanan internasional," kata Ryabkov.