Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto
Baca Juga: Sebut Xi Jinping pemimpin tirani, profesor hukum China dipenjara
Sementara merek lain macam Louis Vuitton, Givenchy, dan Chloe memanfaatkan promosi digital untuk mendorong belanja di China. Mereka banyak menggunakan sejumlah publik fiigur di media sosial.
Padahal sebelumnya, merek-merek mewah tersebut enggan bekerja sama misalnya dengan Alibaba atau berpenetrasi di China. Alasannya, aksi-aksi tersebut dinilai bisa mengurangi nilai kemewahannya. Namun apa daya kini? China justru jadi satu-satunya pasar buat mereka.
“Kebanyakan merek-merek mewah terlalu tergantung dengan toko fisiknya, mereka juga sebelumnya tak mau membuka toko di kota kecil yang tak memiliki pusat perbelanjaan mewah. aksi pemalsuan barang, di pasar daring juga kerap terjadi. Namun kini semuanya berubah dengan cepat,” kata Managing Director Kantar Worldpanel Greater China Jason Yu.