kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi Covid-19 menghambat belanja orang China tajir


Rabu, 08 Juli 2020 / 18:06 WIB
Pandemi Covid-19 menghambat belanja orang China tajir
ILUSTRASI. Nama : Golden Resource Mall ;Kota, Negara : Beijing, China Berdiri : Tahun 2004 ;Luas : 557.419 m2 ;Jumlah Toko : 1.000 toko Catatan : - Pada awal pembangunannya mall ini diharapkan setiap hari akan dikunjungi oleh 50.000 orang yang belanja, sayangnya tar


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - PANDEMI Covid-19 yang menghambat alur distribusi barang global bikin sejumlah barang mewah terhambat. Ini menyusahkan buat para orang China tajir yang saban tahun bisa menghabiskan US$ 111 miliar, setara sepertiga belanja orang tajir di Bumi.

Di sisi lain merek-merek mewah macam Balenciaga, Montblanc tak mau kehilangan pasar, mereka kini tengah meracik strategi buat menjangkau para China tajir tersebut.

Maklum, akibat pasokan yang berkurang pasar barang mewah bekas kini di China kembali menanjak, akibat kekurangan stok anyar di toko-toko mereka.

Padahal, selama pandemi permintaan barang mewah di China sudah melampaui pasokan yang ada. Melansir Bloomberg, Rabu (8/7) pada Mei 2020, ekspor arloji Swiss ke China misalnya melorot 55% secara tahunan. Sebelum pandemi, merek-merek mewah memang tak mau menimbun banyak pasokan di China.

Baca Juga: Ketegangan kian pelik, AS bakal lemahkan dolar Hong Kong untuk menekan China?

Makanya sekitar dua per tiga belanja barang mewah orang-orang China dilakukan di luar negeri sebelum . Kini selama pandemi para China tajir ini kerap memanfaatkan Jastip alias jasa penitipan dari koleganya yang tinggal di luar negeri untuk membelikan sejumllah barang di luar negeri. Di China Jastip disebut daigou.

“Saat ini perjalanan luar negeri tak mungkin dilakukan, Penyedia Jastip ada yang kembali ke China, maupun masih terdampar di Eropa. Pandemi bikin saya sadar, di China anda tidak mudah mendapatkan barang yang and sukai,” kata Jeff Meng, warga China yang suka barang mewah.

Menyadari potensi sejumlah merek mewah kini juga tengah menyusun strategi ekspansi, memperluas jaringannya di China. Tujuan jangka panjang juga dicanangkan, agar para China tajir tak perlu ke luar negeri buat belanja barang mewah.

Pasca pandemi, tren ini diprediksi bakal bertahan. Pun rencana ini sejalan dengan keinginan Pemerintah China yang berharap para merek-merek mewah ini bisa meningkatkan belanja di China.

Riset Bain & Co memaparkan, mulai 2025 tren ini akan dimulai, China tajir tak perlu ke luar negeri berbelanja. Ini juga didukung konteks merebaknya kampanye Anti-China di sejumlah negara Eropa, dan Amerika Serikat

Baca Juga: Korsel hukum Kim Jong Un bayar denda ke mantan tawanan perang Rp 505,2 juta

“Orang China merasa tak aman di luar negeri, ini alasan mereka akan memiliki preferensi belanja di negeri asalnya. Sejumlah merek mewah bisa memanfaatkan ini denan memperluas jaringannya di China dan menawarkan harga yang lebih tinggi. Ekspansi ke kota-kota kecil yang punya potensi juga sangat dimungkinkan,” tulis laporan Bain.

Di sisi lain, meski menjadi pusat pandemi, merujuk laporan Boston Consulting Group pasar barang mewah di China justru meningkat 10%, padahal secara global pasar mengalami kemersotoan hingga 45%.

“Kondisi di China kini kembali normal, dan kami melihat adanya lonjakan kunjungan di toko-toko kami. Tapi mereka tidak berpergian, tak ada yang pergi dar China. Sampai kondisi benar-benar membaik, saya ragu tren akan kembali sebelum pandemi terjadi,” kata Bos Richemont Johann Rupert. Richemont tercatat memiliki 460 toko di China.

Di sisi lain, berkurangnya frekuensi bepergian orang China secara global kerap dikutip sejumlah studi menjadi sumber tergerusnya pendapatan merek-merek mewah lainnya macam LVMH, Moncler SpA misalnya. Utamanya karena jaringannya di China yang tak besar, sementara pendapatan dari turis China banyak berkurang.

“Tren untuk mengembangkan jaringan di China akan membawa kami menyusun ulang jaringan kami,” kata Chief Financial Officer Gucci Jean Marc Duplaix.

Ada pula merek mewah yang jaringannya masih mini di China kini juga mulai berbondong-bondong membuka toko daring di platform digital. Prada, Miu Miu, Balenciaga, Piaget, Montblanc baru saja membuka toko daring di Alibaba.

Baca Juga: Sebut Xi Jinping pemimpin tirani, profesor hukum China dipenjara

Sementara merek lain macam Louis Vuitton, Givenchy, dan Chloe memanfaatkan promosi digital untuk mendorong belanja di China. Mereka banyak menggunakan sejumlah publik fiigur di media sosial.

Padahal sebelumnya, merek-merek mewah tersebut enggan bekerja sama misalnya dengan Alibaba atau berpenetrasi di China. Alasannya, aksi-aksi tersebut dinilai bisa mengurangi nilai kemewahannya. Namun apa daya kini? China justru jadi satu-satunya pasar buat mereka.

“Kebanyakan merek-merek mewah terlalu tergantung dengan toko fisiknya, mereka juga sebelumnya tak mau membuka toko di kota kecil yang tak memiliki pusat perbelanjaan mewah. aksi pemalsuan barang, di pasar daring juga kerap terjadi. Namun kini semuanya berubah dengan cepat,” kata Managing Director Kantar Worldpanel Greater China Jason Yu.




TERBARU

[X]
×