Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Papua Nugini (PNG) menghadapi peningkatan eksponensial dalam penyebaran COVID-19, dengan laporan penularan komunitas di seluruh negeri dan sejumlah besar pekerja rumah sakit dan pasien didiagnosis dengan virus tersebut.
Gugus Tugas Badan Gabungan PNG melaporkan 1.741 kasus dan 21 kematian pada 9 Maret, hampir dua kali lipat jumlah kasus yang dilaporkan satu bulan sebelumnya dan lebih dari dua kali lipat kematian yang dilaporkan dua minggu sebelumnya.
Para ahli khawatir angkanya hanyalah puncak gunung es karena PNG memiliki tingkat pengujian COVID-19 terendah keenam di dunia. Hanya 5.240 per juta orang di negara ini yang telah diuji dibandingkan dengan 41.303 per juta di Indonesia dan 575.063 per juta di Australia.
Baca Juga: Arab Saudi akan membuka kembali penerbangan internasional pada 17 Mei 2021
Ibu kota negara Port Moresby, berada di episentrum wabah, di mana rumah sakit yang sudah sangat kekurangan sumber daya dipenuhi oleh pasien dengan gejala penyakit. "Mengatakan sistem kesehatan sedang tertekan adalah pernyataan yang meremehkan," kata Matt Cannon, CEO St John Ambulance PNG, kepada Al Jazeera.
“Rumah sakit menghadapi ketidakmampuan yang signifikan untuk mengatasi tidak hanya pasien COVID-19 tetapi juga dengan semua kondisi kesehatan lain yang orang-orang cari pertolongannya," tambahnya.
“Di Port Moresby General hanya ada enam tempat tidur perawatan intensif dan tidak ada bangsal isolasi sehingga bangsal gawat darurat hampir penuh dengan kasus COVID-19 sedang hingga berat. Beberapa pasien terbaring di lantai karena mereka tidak bisa mendapatkan tempat tidur dan itu merupakan ancaman nyata bagi staf Ambulans St John," kata Cannon.
“Yang juga memprihatinkan adalah jumlah petugas rumah sakit yang terinfeksi. Saya telah mendengar hingga 70 sekarang memiliki COVID-19, yang mewakili persentase yang signifikan dari tenaga kerja rumah sakit," terangnya.
Cannon mengatakan pandemi itu diperburuk oleh teori konspirasi yang bersama dengan kepercayaan pada sihir dan takhayul lainnya adalah fakta kehidupan di PNG.
“Salah satu hal yang masih kami perjuangkan adalah meyakinkan orang yang sakit untuk mengisolasi diri. Kami memiliki informasi terbatas tentang berapa banyak kasus yang ada di masyarakat. Tetapi jelas bagi kami bahwa ada segmen populasi yang menunjukkan gejala dan menolak untuk tinggal di rumah,” ujarnya.