Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
NEW YORK. Pasar minuman berkarbonasi mulai meredup. Di Amerika Serikat (AS) semisal, selama 13 tahun terakhir, warga AS perlahan tapi pasti terus mengurangi konsumsi minuman bersoda.
Secara global, pertumbuhan penjualan minuman bersoda melambat, di tengah kekhawatiran konsumen terhadap asupan gula dan potensi obesitas. Tahun lalu, total penjualan minuman bersoda menurun 3% menjadi 8,9 juta botol. Menurut Beverages Digest, ini penurunan selama sembilan tahun berturut-turut. dan terendah sejak tahun 1995. Penjualan minuman soda di 2012 turun 1,2% dan pada 2011 menyusut 1%.
Pemain yang paling terpukul dengan prospek buram industri minuman bersoda adalah Coca-Cola Company. Maklumlah, hampir 75% penjualan global Coca-Cola berasal dari volume penjualan minuman berkarbonasi. "Minuman bersoda bukanlah masa depan dunia. Ada persoalan eksistensial," ungkap Tom Pirko, konsultan industri Bevmark LLC, seperti dikutip Wall Street Journal, Rabu (9/4) lalu.
Semakin banyak analis industri yang menyarankan Coca-Cola mengurangi belanja iklan untuk minuman berkarbonasi. Sebaliknya, Coca-Cola perlu melakukan diversifikasi usaha dan agresif mengakuisisi perusahaan. Seperti halnya produsen minuman energi Monster Beverage Corp.
Permintaan minuman ringan tanpa soda cenderung tumbuh. Lihat saja, volume penjualan produk minuman non-soda Coca-Cola, seperti jus Minute Maid, air Dasani dan minuman energi Powerade, tumbuh 5% pada 2013.
Namun manajemen Coca-Cola tetap percaya diri. Korporasi yang berbasis di Atlanta ini justru akan menggenjot belanja iklan minuman bersoda, untuk memperkenalkan produk baru, yang menggunakan penyanyi Taylor Swift demi mendongkrak penjualan.
Chief Executive Officer Coca-Cola, Muhtar Kent, menyebutkan tahun lalu, ketika penjualan minuman bersoda Coca-Cola turun 2%, adalah anomali. Soda akan kembali ke jalur pertumbuhan yang sehat, termasuk di AS. "Coca-Cola tetap ajaib. Kami hanya butuh bekerja lebih keras lagi untuk meningkatkan romantisme merek di setiap sudut dunia," ungkap Kent kepada para investor, Februari lalu.
Sebagai langkah konkret, Coca-Cola akan menambah belanja iklan global sebesar US$ 1 miliar untuk tiga tahun mendatang. Pada 2013, korporasi juga yang mengusung merek Coke ini mengalokasikan belanja iklan sebesar US$ 3,3 miliar.
Pesaing Coca-Cola, yakni PepsiCo Inc juga merasakan hal sama. Tahun lalu, keuntungan PepsiCo diprediksi menyusut 7% lantaran permintaan di pasar AS melemah. Analis yang diprediksi Thomson Reuters menyebutkan, laba PepsiCo tahun lalu mencapai US$ 1,58 miliar, turun dari setahun sebelumnya US$ 1,7 miliar. Sedangkan pendapatannya tumbuh tipis 1% menjadi US$ 20,16 miliar.